November 29, 2012

Sekali lagi, ini cerita tentang mama


Tulisan ini saya tulis setelah membaca blog @amrazing yang bercerita tentang mama. Cerita @amrazing tentang sang mama sukses membuat saya menangis tanpa henti hingga mata saya bengkak. Emosi saya larut ketika membaca tulisan itu. Mungkin saya memang gampang terharu apabila ini menyangkut tentang ibu. Bagi saya ibu atau yang biasa saya panggil mama adalah sosok yang paling luar biasa, tanpa mengenyampingkan peran penting ayah. Tapi memang demikianlah adanya, sejak papa meninggal pada tahun 2002 lalu, mama adalah tulang punggung keluarga. 

Meskipun alm.papa telah menyiapkan sejumlah dana untuk biaya kuliah saya dan adik, mama masih harus tetap bekerja keras, apalagi biaya kuliah saya di Kedokteran tidak bisa dibilang murah. Saya beruntung berhasil lulus gelombang 1 pada ujian masuk FK, sehingga uang pangkal yang harus dibayar mama tidak terlalu mahal. Tapi yang namanya kuliah di kedokteran tetap membutuhkan biaya, untuk membeli textbook yang harganya ratusan ribu bahkan hingga jutaan rupiah, peralatan-peralatan penunjang mulai dari stetoskop, tensimeter, hingga penlight. Mama tidak pernah bilang tidak, ketika saya mengabari saya butuh biaya entah itu untuk membeli buku ataupun peralatan kuliah lainnya. Mama pasti akan menjawab, "iya nanti mama transfer." 

Saya tahu, demi menambah penghasilan, mama sering menjadi pengajar atau narasumber, kebetulan mama bekerja di bidang pemberdayaan perempuan&anak dan terlibat aktif di berbagai organisasi pemberdayaan perempuan. Mama sering mendapat undangan dari kabupaten/kota untuk menjadi narasumber dalam pelatihan-pelatihan yang diadakan. Honor yang diterima mama sebagai narasumber bisa dibilang sangat lumayan. Tapi untuk itu mama harus sering keluar kota, kadang pagi mama mengajar di Sambas, sore lanjut ke Singkawang, besoknya melanjutkan perjalanan ke Sintang atau kota lainnya. Ketika libur kuliah, saya sering ikut mama bertugas, menjadi asisten mama, membawakan laptop, membuatkan power point presentasi dan menjadi asisten sorot serta juru kamera ketika mama mengajar. Jadi, saya tahu betapa melelahkannya perjalanan mama ke daerah. Tapi mama tidak pernah mengeluh, mama selalu mengatakan semua ini demi kami (saya dan adik) agar kami mendapatkan yang terbaik.

Saya yang sadar betul bagaimana perjuangan mama untuk kuliah saya, selalu berusaha memberikan hasil yang terbaik dalam bidang akademis. Saya rela belajar siang dan malam, bahkan hingga tidak tidur bila musim ujian dan tentamen tiba demi mendapat nilai terbaik.Rasanya jahat sekali, bila saya bermain-main sementara mama bekerja keras membanting tulang. Bahagia rasanya bila mendapat nilai yang baik, untuk diceritakan ke mama, walaupun mama sendiri tidak pernah mengharuskan saya untuk mencapai IPK tertentu. Mama malah sering menasihati saya agar tidak terlalu serius dan ambisius dalam belajar, serta menyempatkan diri untuk bermain. Ah, mama :)

Mama yang ketika kami, saya dan adik kuliah di Jogja harus tinggal sendirian di rumah. Banyak yang bertanya pada mama, kok boleh kedua anaknya kuliah jauh-jauh sementara mama sendirian di Pontianak?
Apa jawab mama waktu itu?Kata mama kalau anakku kudekap terus-terusan,tidak ada jaminan mereka berhasil :). Bahkan saat kondisi kesehatan mama memburuk akibat kanker yang menggerogoti tubuhnya pun mama tidak memanggil kami pulang. Mama bilang mama akan bertahan, berjuang melawan penyakit ini sekuat tenaga, kalian di sana kuliah saja yang betul, doakan mama dari jauh agar mama selalu sehat. Mama yang menjalani tiap rangkaian kemoterapi seorang diri, yang masih mampu menyetir sendiri ke RS untuk kemoterapi sehingga sering membuat para suster heran karena kondisi mama tidak seperti orang yang mengidap kanker. Mama yang masih bisa tersenyum dan tertawa dalam setiap sesi kemoterapinya menularkan keceriaan kepada teman-teman mama sesama pengidap kanker payudara.

Mama yang benar-benar menunaikan janjinya kepada almarhum papa, untuk menyelesaikan sekolah anak-anak hingga selesai. Seakan mama merasa tugas dan janjinya sudah ditepati, kondisi mama di tahun 2012, tahun dimana saya dan adik sudah lulus kuliah dan berhasil mendapatkan pekerjaan yang mapan, semakin memburuk. Hingga akhirnya pada tanggal 28 Juli 2012 mama berpulang ke Yang Maha Kuasa.
Saya menulis ini sambil menangis, dengan rasa kangen yang luar biasa. Sering saya berharap saya masih diberi sedikit waktu untuk bersama mama, karena sejujurnya saya merasa belum banyak yang saya lakukan untuk membahagiakan beliau. Ada satu keinginan beliau yang ingin sekali saya wujudkan yaitu mengajak beliau ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji atau setidaknya umrah. Mama dulu selalu menunda keinginan pergi ke tanah suci karena masih memikirkan biaya untuk kuliah saya dan adik. Mama pernah bilang nanti saja kalau anak-anak sudah selesai kuliah supaya mama lebih tenang.
Ah mama, begitu besarnya pengorbanan yang mama lakukan untuk kami berdua. Saya tahu tidak saya tidak akan mampu membalasnya, bahkan dengan menghajikan mama dan papa masih tidak membalas apa yang telah mereka lakukan demi kami berdua. Hanya doa yang selalu terkirim agar mama dan papa di sana mendapatkan tempat yang paling indah, paling nyaman, paling istimewa sambil menunggu hingga nanti tiba saatnya kita akan berkumpul lagi sebagai sebuah keluarga. Amiiiin :). 

I love you, both, always :)



 
design by Grumpy Cow Graphics | Distributed by Deluxe Templates