September 15, 2009

Adatku sayang, Adatku ribet

Tulisan ini melanjutkan tulisan saya yang sebelumnya, tentang melestarikan budaya bangsa (baca tulisan saya sebelum ini). Sebenarnya tidak ada maksud saya untuk membuat sekuel-sekuelan atau cerita bersambung. Namun, kejadian yang saya alami (hm, mungkin lebih tepatnya obrolan yang terjadi) pada hari Sabtu kemarin antara saya dan beberapa orang memancing saya untuk berkomentar di sini :).

Sabtu pagi kemarin di Poliklinik Jiwa di RSU tempat saya koass, saya dan kedua teman sekelompok sedang menanti datangnya sang dokter spesialis untuk menguji kami di hari itu (biasaaa pekerjaan koass kan menunggu ;p). Sambil menunggu dan untuk menghilangkan ketegangan (belajar di detik-detik akhir sebelum ujian, saya rasa sudah tidak lagi efektif) kami bertiga mengobrol (baca ngerumpi) dengan Ibu Titik (perawat di Poli Jiwa). Ibu Titik ini sebentar lagi akan "mantu" (bahasa Jawa: menikahkan anak perempuannya). Iseng saja, saya tanyakan pada beliau "Bu, nanti nikahnya Novi (anak Bu Titik)pake adat Jawa lengkap ga Bu?" "Gaklah, mba. Repot. Banyak yang mesti disiapkan. Yang biasa aja, yang penting akad dan resepsi trus nikahnya syah." Ibu Titik menjawab pertanyaan saya.
"Iya bu, Sari juga kalo nikah ga mau pake adat. ribet. Dulu yang nikahannya pake adat itu adek bungsunya mama. Lengkap dari mulai siraman, malam midodareni, sampe ritual-ritual kayak pijak telur." Sambung Sari, teman sekelompok saya. "Iya, mba Sari. dalam ajaran agama kan juga gak ada kewajiban-kewajiban seperti itu." sambung Bu Titik lagi. Dan obrolan pun terus berlanjut mengenai betapa ribetnya segala adat istiadat Jawa mengenai pernikahan.

Saat itu saya hanya diam. Sejujurnya siy, mulut saya gatel sekali ingin berkomentar begini " Naaah, ini salah satu contoh yang mempercepat punahnya budaya bangsa kita" Hmm, terlalu kejam ya, makanya saya ga jadi saya katakan :P. Seperti yang pernah saya tulis, KITA juga turut andil dalam acara klaim-klaiman budaya itu. KITA (sekali lagi saya tulis ini dengan huruf kapital). Dengan berbagai macam alasan dari repot, ribet, butuh banyak biaya, ga ada dalam tuntunan agama, KITA memilih untuk tidak melakukan tradisi dan budaya nenek moyang. Lalu, ketika orang luar yang tertarik dan jatuh cinta dengan segala filosofis yang terkandung dalam kesenian dan kebudayaan yang kita miliki mulai mempelajari dan (mungkin dengan khilafnya) mengakui itu jadi bagian budaya mereka (karena budaya kita itu kan adorable banget!), kita baru merasa panas, kebakaran jenggot, dan marah. Padahal tanpa kita sadari kita sendiri yang telah membiarkan hal itu terjadi.

Saya akui saya dulu juga punya pandangan yang sama. Adat dan serangkaian prosesi adat pernikahan Jawa (dan juga adat-adat dari suku lain yang ada di Indonesia) terlihat ribet dan memerlukan banyak biaya. "Kan yang penting syah. Yang penting ijab dan kabul.Sayang duitnya, mending untuk keperluan yang lain." Sebagian dari kita, banyak yang berpikiran seperti itu, terutama yang muda-muda. Tapiii, sebenarnya di balik segala keribetan yang ada terkandung makna yang dalam dan sarat filosofis dari setiap prosesi yang dilaksanakan :).

Ini saya sadari ketika tanpa sengaja saya bermain-main ke blog tentang pernikahan (Our Love Journal). Di dalam blog ini diceritakan pengalaman si pemilik blog dalam menyelenggarakan pernikahan berikut prosesinya. Berhubung si pemilik blog berasal dari suku Jawa maka prosesi yang diceritakan adalah prosesi Jawa mulai dari puasa, malam midodareni, acara siraman, temu penganten (setelah ijab kabul selesai), saling melempar sirih, pijak telur, dan masih banyak lagi (saya belum hapal urutan acar satu persatu)-kalau mau tahu lebih jauh, silakan buka blog our love journal. Tapi menurut saya, keseluruhan prosesi ini sangat menarik dan menginspirasi saya :).

Jadi inget si mama, beliau pernah (mungkin sampai sekarang masih bercita-cita) ingin mengadakan acara pernikahan saya dengan si mas (prikitiiw ;p) lengkap dengan segala prosesinya. Waktu saya menyampaikan protes dan keberatan saya, mama berkilah bahwa mama hanya ingin melestarikan budaya Jawa karena sekarang sudah sangat jarang acara pernikahan lengkap seperti itu. Hmmm, alasan yang masuk akal. Siapa lagi yang akan melestarika kebudayaan dan adat istiadat kita kalau bukan kita sendiri. Memang, sebagian beralasan dana dan kepraktisan karena untuk mengadakan acara lengkap seperti itu pastilah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Semua ini tergantung pada individu masing-masing, Namun, menurut saya tidak ada salahnya apabila kita mempunyai uang dan dana berlebih untuk mengadakan acara pernikahan lengkap. Jangan pikir ribetnya, anggap saja ini wujud kecintaan terhadap budaya bangsa. Kita gak mau kan, suatu saat negara tetangga kita mengklaim ini juga sebagai bagian dari budaya mereka???

Please, do something. Not only Talk, but do Some actions :)

September 11, 2009

Siapa yang harus disalahkan????

Sebelumnya saya ingin bercerita bahwa draft tulisan ini sudah ada di otak saya berminggu-mingu sebelumnya, namun karena beberapa alasan, baru saat ini saya sempat menuangkannya dalam blog ini.

Jadi begini ceritanya, beberapa waktu lalu kan kita dihebohkan oleh kasus klaim-klaiman dengan negara tetangga kita (negeri sebelah itu loh yang masih satu rumpun juga dengan kita). Dikatakan bahwa si negeri tetangga ini dengan tidak sopannya telah mengklaim beberapa budaya warisan nenek moyang kita seperti reog Ponorogo, Batik, Tari Pendet (ini hanya contoh kecil saja) sebagai budaya mereka dan dimasukkan dalam iklan promosi pariwisata mereka.

Tentu saja, hal ini memancing reaksi dari besar komponen bangsa ini. Status-status yang bernada membangkitkan nasionalisme ramai di situs-situs jejaring pertemanan dan microblogging (macam twitter). Masing-masing heboh membahas dan memberikan pendapat mereka, bahkan tidak sedikit dari pendapat itu yang bernada menghujat.

Namun, di antara sekian banyak yang memberi pendapat, ada satu pendapat yang mengena dan sedikit menyentil saya. Saya lupa bagaimana pasti isinya, namun kira-kira begini : kita juga turut andil dalam hal ini karena kita sendiri yang kurang melestarikan budaya bangsa."

Hmmm,kalau dipikir ini ada benarnya juga. Duluuuu, ketika aksi klaim-klaiman ini belum terjadi. Kita (termasuk saya juga) sedikit acuh dengan budaya bangsa ini. Jangan buru-buru protes ataupun membantah kata-kata saya tadi :). Mari kita lihat fakta-fakta yang ada, tentunya dengan hati yang lapang dan kejujuran. Dan inilah faktanya:

1. Coba deh hitung ada berapa dari kita yang bisa berbahasa daerah? bahasa jawa(kromo maupun ngoko?), bahasa sunda, atau bahasa daerah yang lain? atau ada berapa dari kita yang khusus mengambil les bahasa daerah, bahasa jawa contohnya (karena saya berasal dari jawa)?
Dengan jujur saya jawab tidak. Saya dari kecil malah sibuk belajar bahasa inggris dan ketika kuliah malah belajar bahasa Jerman. Belum pernah terpikir untuk belajar lebih banyak bahasa nenek moyang saya. Kenapa? karena bisa bahasa Inggris dan bahasa asing lain menurut saya lebih keren daripada belajar bahasa jawa (itu menurut saya dulu).

2. Lalu, ada berapa di antara kita yang belajar kebudayaan daerah semisal, tari daerah (serimpi, pendet,piring, dll), belajar memainkan alat musik daerah macam kolintang, ukulele, angklung, gamelan? Saya yakin bila ada, jumlahnya mungkin tidak banyak. Semuanya pasti lebih mahir main piano, gitar elektrik, atau drum daripada sibuk-sibuk belajar alat musik daerah. Padahal orang luar negeri (bule) itu begitu bersemangat mempelajari kebudayaan kita itu. Ini juga saya alami sendiri. Ketika kecil, saya malah memilih les piano.

3. Selanjutnya, ada berapa di antara kita yang menonton pagelaran wayang (orang maupun kulit), ludruk atau kesenian tradisional khas lainnya. Sebagian besar kan lebih senang berada di bioskop yang dingin dan ber-AC daripada menonton pagelaran seperti itu di taman hiburan rakyat. Kalau saja, kita menonton wayang dll, tentu para pelaku kesenian daerah itu tidak hidup pas-pasan. Saya pernah membaca liputan tentang ini di Kompas (entah edisi yang mana), bagaimana para pelaku seni ini berjuang untuk melestarikan budaya sekaligus mempertahankan sumber mata pencaharian mereka di tengah gerusan arus modernisasi. Wayang orang Langen Budoyo yang terkenal di jaman mudanya mama saya sekarang hanya tinggal nama begitu juga dengan kesenian ludruk di Surabaya.

4. Dan yang terakhir, berapa di antara kita yang lebih bangga makan tempe dibandng pizza, lebih memilih rujak dibanding salad buah???

Pertanyaan-pertanyaan tadi bukan bermaksud menghakimi melainkan sebagai bahan renungan kita bersama. Bagaimana kita telah abai terhadap warisan nenek moyang. Bila diambil sisi positifnya, peristiwa klaim-klaiman oleh negara tetangga dapat menjadi cambuk bagi kita untuk lebih melestarikan budaya bangsa.

dan terakhir mungkin kelak anak-anak saya akan saya ajarkan bahasa daerah selain bahasa Indonesia, diajarkan kolintang sebelum gitar?:D

Agustus 05, 2009

Pertanyaan Tiada Henti

Malam ini saya kembali menyentuh blog ini setelah sekian lama saya cuekin ;p. Yaa, jujur siy, saya lagi bingung mau nagapain malam ini. Mau telpon pacar, tapi dia lagi belajar buat jadi narasumber minggu depan. Jadi sambil iseng dan menunggu dia selesai belajar, saya memutuskan untuk nulis aja.

Bingung juga mau nulis apa?

Oiya, saya punya cerita ketika saya mudik ke Pontianak kemarin. Setiap pulang, saya menjadi ajudan mama saya maksudnya, saya nemenin mama kemana-mana, ke kantor, ke pertemuan dan rapat, undangan, resepsi, pokoknya dimana ada mama, pasti disitu ada saya. jadi seperti lagunya mbah surip, "tak gendong kemana-mana". Anyway, met istirahat ya mbah. semoga amal ibadah mbah diterima di sisi Allah SWT dan mendapatkan tempat yang layak di sisinya..amin.

Lanjut, ke cerita saya. Jadi selama saya menemani mama, tentu saja saya banyak bertemu dengan teman-teman mama. Dan pertanyaan yang paling populer yang ditujukan pada saya sekarang adalah :"Ri, kapan niy nikah. Kata mama udah ada calon ya? Tante siap lho bantu2." Pertanyaan itu tidak hanya diajukan oleh satu orang tapi banyak orang, tidak hanya teman tapi juga keluarga. Hiyyaaa... Dulu, waktu belum punya pacar, setiap ketemu pasti ditanya, "udah punya pacar belum Ri?". Terus kalo saya jawab belum. Mereka (teman dan keluarga )pasti pada ribut. "kok belum punya RI?jangan terlalu asyik belajar lho, sampai lupa nyari pacar. nanti kalo udah jadi dokter tambah susah cari pacar." begitulah nasihat yang saya dengar dari para tetua.

Inilah yang namanya lingkaran pertanyaan tiada henti. Nanti ketika saya sudah menikah, pertanyaan akan berganti menjadi begini "RI, udah isi belum?", setelah punya anak satu nanti ditanya lagi, "Kapan niy punya adik lagi?", terus dan terus seperti itu.

Heran deh, kenapa ya harus ada pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Meskipun, jujur saya juga terkadang mengajukan pertanyaan yang sama kepada orang lain. Mungkin ga ya, pertanyaan itu muncul sebagai bentuk keramahtamahan, maksudnya basa-basi, sekedar membuka suasana daripada ga tau mesti ngobrol apa. Keramahtamahan yang mungkin ujung-ujungnya mengganggu.

Juni 28, 2009

Adakah Cinta dalam Televisi?

"TAKE ME OUT" INDONESIA

Jarang-jarang saya nonton Indosiar. Tetapi Jumat malam (26 Juni 2009) itu berbeda. Pacar saya mengsms, dia bilang ada acara seru di Indosiar. Sejujurnya, saya heran karena dia juga bisa dikatakan jarang sekali menonton di Indosiar yang kebanyakan acaranya berisi sinteron :).

Ada Apa di Indosiar Jumat malam itu?

Jawabnya ada "Take Me Out" (Indonesia) di Indosiar.

Yaa, semacam acara cari jodohlah ;p. Jadi begini format acaranya, ada sekitar 30 wanita cantik, menarik, dengan latar belakang usia pendidikan dan pekerjaan yang berbeda, dengan satu syarat utama harus LAJANG berdiri di panggung. Di depan masing-masing peserta terdapat papan nama mereka dengan lampu yang bisa menyala-mati sesuai keinginan. Dalam setiap sesinya, dihadirkan satu pria yang nantinya akan dipilih oleh ketigapuluh wanita tadi. Pria yang dihadirkan akan menampilkan penampilan terbaik mereka, ada yang menyanyi, menari, DJ ataupun sulap (sesuai keahlian dan kemampuan mereka). Ini menurut saya merupakan ajang promosi diri untuk menarik lawan jenisnya.

Para wanita tadi akan menyalakan lampu, bila tertarik dengan si pria. Tugas akhir pria adalah memilih satu wanita yang sesuai dengan kriteria dari beberapa wanita yang menyalakan lampu lalu membawanya keluar dari panggung. "TAKE ME OUT" ;).

Meskipun juga tidak semua pria beruntung malam itu. Ada juga yang pulang dengan tangan hampa karena tidak ada wanita yang menyalakan lampu (berarti kan tidak ada wanita yang tertarik).

Menonton acara ini membuat saya bertanya-tanya, adakah cinta di antara mereka? atau itu hanyalah ketertarikan sesaat? karena mereka hanya melihat permukaan dari pasangan mereka. Ditambah lagi dengan wanita yang banyak mau, menetapkan kriteria yang ideal pada si calon pasangan, harus ini, itu. Minimal tampan, kaya, menarik, mapan, romantis, blah, blah sehingga terkesan tidak mau menerima kekurangan calon pasangan. Sedikit saja yang tidak sesuai, silakan pergi :). Malah kadang saya melihat, beberapa peserta hanya melihat kemapanan pasangan sebagai tolok ukur. Iya siy mungkin kemapanan memang perlu, tapi kan bukan satu-satunya kriteria. Kalau seperti itu jadi kayak lagunya Neo dong.."Cewe matre, cewe matre..ke laut aje .." ;p

Khas reality show :). Dalam kenyataannya mana ada manusia yang sempurna, tidak ada pasangan yang seratus persen sesuai dengan kriteria yang kita inginkan. Mau sampai kapan menunggu si sempurna itu datang? Sampai tua? :p

Bukankah cinta itu artinya menerima pasangan kita apa adanya? Belajar berkompromi dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Dan menjadi orang yang lebih baik ketika bersamanya :).

Juni 27, 2009

Happy, Garuda Delay..

Bandara, itu tempat yang romantis. Ya, setidaknya itu menurut penilaian saya. Begitu banyak film yang mengambil bandara sebagai setting cerita. "Ada Apa Dengan Cinta", contohnya :). Tentu semuanya masih ingat, bagaimana perjuangan Cinta (yang diperankan oleh Dian Sastrowardoyo) mengejar Rangga (Nicholas Saputra) yang akan berangkat ke luar negeri, dan diakhiri dengan adegan mereka berciuman di bandara? ;p.

Dan,kemarin saya pun (hampir) mengalami apa yang dialami oleh Cinta, berusaha tepat waktu untuk sampai Bandara. Jadi begini ceritanya, Jumat 26 Juni 2009, pacar saya pulang kembali ke Jakarta dengan menggunakan Garuda jam 11.00 (itu rencana awal yang saya ketahui). Dengan sanagat menyesal dan berat hati saya tidak bisa ikut mengantar karena :
1. Saya masih mempunyai kewajiban koass di Puskesmas Sedayu 1, baru selesai mungkin jam 11 siang.
2. sepertinya saya hanya punya satu alasan :).

Lalu, sekitar jam 09.30 saya mendapat sms dari dia yang mengabarkan bahwa ternyata dia salah membaca jadwal. Pesawatnya baru berangkat jam 12.30. Oke, jadi saya masih punya banyak waktu untuk mengantarnya. Setidaknya, saya masih sempat untuk bertemu dia di bandara.

Begitu kegiatan Puskesmas berakhir jam 10.30, saya segera tancap gas ke Malioboro. Rencananya, saya akan memarkir motor saya disana, lalu berangkat ke bandara dengan menggunakan bus Trans-Jogja. Lebih efisien, hemat, dan tidak menguras tenaga :).

Jam 10.50, saya sampai di shelter malioboro 3, menunggu sekitar sepuluh menit, datanglah bus no 1A, yang akan membawa saya ke bandara. Waktu itu pacar saya sudah sms, mengabarkan bahwa dia telah tiba di bandara. Hati saya sedikit dag-dig-dug. Lalu lintas Jogja selama berapa minggu terakhir ini menjadi lebih padat daripada biasanya. Maklum, ini adalah waktu liburan sekolah dimana jalanan Jogja dipenuhi oleh berbagai kendaraan benomor polisi luar mulai dari mobil pribadi hingga bus pariwasata. Selama perjalanan saya tidak henti-hentinya melirik jam. "Aduh, ngejar ga ya?"

Jam 11.30, saya tiba di bandara. Sedikit berlari, saya menuju ruang keberangkatan di depan counter Garuda tepatnya. Disitulah dia menunggu dengan travel bag dan tas cangklongnya. Lega hati saya melihat dia masih ada disana. Tak lama setelah saya menemuinya terdengar pengumuman yang memberitahukan bahwa karena alasan operasional, pesawat Garuda 208 dari Jakarta mengalami keterlambatan sehingga GA 209 baru berangkat pada 14.40.

Hmmm, baru kali ini saya merasa senang pesawat delay :). Membuat kami jadi punya lebih banyak waktu untuk bersama. Duduk mengobrol di gerai donat , ditemani latte dari bubuk instan dan teh hijau campur susu.

Seperti itulah, kencan kami setahun ini. Bila kebanyakan pasangan menghabiskan waktu mereka di bioskop ataupun di mall, kami punya cara sendiri. Menjemput dia di Tugu, mengantar saya ke Gambir, mengobrol di Adi Sucipto mewarnai hari-hari antara Jogja dan Jakarta :)

Juni 20, 2009

Kata Seorang Teman

Tadi ketika iseng-iseng buka facebook, saya membaca komentar di status dari mba Afifah (perawat di RSUD Saras Husada Purworejo, RS tempat saya koass) tentang blog saya. Begini kata-katanya..
"Mba Ri,,, ak brsn bc2 blog nya.. suka deh, sderhana tp nyentuh, biasa tp mnakjubkn, apa y poko'ny inspired bgt deh..
Ayoo mb tls trs..trs dan trs..go mb Ri2 Go!"

Aduh, jadi terharu deh bacanya, sedikit malu juga (muka tersipu-sipu kemerahan sedikit geer mode on..hahahaha). Senang rasanya waktu tahu apa yang saya buat disukai oleh orang lain. Sejak dulu saya punya mimpi untuk berbagi apa yang saya pikirkan dengan banyak orang melalui tulisan-tulisan saya, entah itu cerita-cerita konyol sehari-hari, komentar-komentar ga penting, khayalan-khayalan nan ajaib hingga pemikiran serius saya :). Dan blog ini adalah salah satu sarana untuk saya menyalurkan semua itu. Hanya saja, sayangnya saya sering diserang rasa malas baik akut maupun kronis sehingga membuat blog ini sering terbengkalai :).

Teman, sahabat, saudara, keluarga, pacar adalah motivasi bagi saya untuk terus dan terus menulis dan membantu saya mengusir rasa malas bila suatu saat dia datang..;p.

Juni 14, 2009

Sebuah cerita tentang komitmen



Saya membaca buku ini untuk yang kesekian kalinya (mungkin lebih dari dua kali saya membacanya), tapi tetap saja saya tidak bisa berhenti menangis. Kalau saja saya tidak ingat bahwa mata saya sangat mudah sekali bengkak-bengkak, sembab dan lama sekali hilangnya, mungkin saya tidak akan menahan hasrat saya untuk menangis lebih keras lagi.

Saya suka sekali buku ini. Memberikan banyak pelajaran bagi saya untuk mempersiapkan diri saya ke sebuah jenjang yang bernama pernikahan. Bahwa cinta saja tidak cukup untuk membuat pernikahan langgeng, perlu satu kata ajaib yang bernama "komitmen" :).

Apa siy komitmen itu ?
Ninit melalui buku ini menjelaskan dengan sangat baik apa itu komitmen dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti namun tidak berkesan menggurui.

Bagian ini yang paling saya sukai dari novel Ninit :

" I love you because..
Banyak hubungan yang patah hilang dan berganti karena tidak memiliki komitmen.
I Love her because of the way she treats me.
I love him because of the he makes me feel.
I love him because he's falling on my feet with roses and jewels.

Orang sering mendasari cinta atas hal-hal yang dianggap indah. It may sound romantic dan melakukan hal tersebut bukanlah suatu hal yang salah. However,sometimes too romantic that we often to hear people saying that in a cinema,with us eating popcorn and shus-ing rude people.

Jarang dari mereka (dan mungkin kita sendiri) berpikir :
I love her because of the way she treats me.
What happens if she stops treating you the way you love?

I love him because of the way she makes me feel
Then what happens if he stops making you feel that way?

I love her because she's so beautiful.
Three weeks later, a bus hit her.

I love him because he's falling on my feet with roses and jewels
Out of blue, he's broke that he couldn't buy you roses and jewels anymore.

Jarang ada yang mengatakan :
Saya sayang dia karena saya ingin sayang dia. Itulah komitmen. Komitmen adalah sumber kekuatan, bukan sesuatu yang justru membuat orang takut untuk menghadapinya
. (Test Pack by Ninit Yunita 221-223).

Dan bagi saya,
Komitmen dalam sebuah hubungan itu saya ibaratkan seperti kacamata kuda yang membuat saya tetap menatap lurus ke depan, tidak melihat ke kanan ke kiri, yang membuat perjalanan cinta saya menjadi limbung lalu oleng.

Komitmen ini membuat saya percaya meskipun saya dan pacar terpisah jarak dengan intensitas pertemuan yang amat terbatas, itu bukanlah masalah karena saya tahu dia dengan caranya sendiri selalu ada di samping saya :).

Juni 12, 2009

Menunggu Reda di Matraman

Sore ini sambil menikmati secangkir teh melati dan memandangi teh melati, saya teringat dia, sore itu seperti sore ini (anyway, saya memang selalu ingat dia kok).

Sore yang sama, tiga minggu yang lalu, sepulang dari kantor,mengendarai motor
Kami terjebak hujan semula gerimis makin lama makin deras,
Dalam suasana normal, saat-saat seperti ini adalah saat yang paling tidak saya sukai.
Mununggu hujan reda..

Tapi, ini berbeda, saya bersama dia,
Terjebak hujan di Matraman,
Di halte bus, tak jauh dari Gramedia Pusat,
Menikmati teh botol dingin yang dijual abang-abang di pinggir jalan..
Duduk mengobrol, memandang orang yang lalu lalang,
Ibu-ibu yang ragu berjalan mondar-mandir, antara pulang sekarang atau nanti..
"Ragu-Ragu Icuuk.."...
Komentar kami, lalu tertawa bersama..

Hujan mereda, kami melanjutkan perjalanan panjang kami..
Mungkin benar,berdua ternyata lebih menyenangkan.. :)

Juni 05, 2009

Belajar dari kasus Ibu Prita Mulyasari

Apa yang menjadi pemberitaan di media saat ini ? Selain kasus Manohara Odelia Pinot, model Indonesia yang katanya mengalami kekerasan dalam rumah tangga oleh suaminya, Pangeran dari Kelantan. Yang disiarkan oleh seluruh stasiun televisi di Indonesia dari pagi hingga pagi lagi :).

Tak lain dan tak bukan adalah kasus yang dihadapi oleh ibu Prita Mulyasari, seorang ibu rumah tangga biasa yang terpaksa berurusan dengan hukum (baca masuk penjara) karena menulis curhatan kepada teman-temannya melalui surat elektronik ( begitu kan judul utama pemberitaan di televisi? ).


Kasus ini muncul karena ketidakpuasan Ibu Prita Mulyasari atas pelayanan yang diberikan oleh RS OMNI Internasional Alam sutera Tangerang yang kemudian menulis curhatannya itu melalui surat elektronik yang akhirnya tersebar ke khalayak. RS OMNI internasional menganggap ini sebagai sebuah pencemaran nama baik, akhirnya mengadukan ke pihak yang berwajib yang berujung pada penangkapan Ibu Prita Mulyasari.

Ada satu pelajaran penting yang dapat saya ambil dari kasus ini. Saya tidak ingin membahas mengenai urusan hukum atau apalah karena menurut saya itu bukan kompetensi saya. Saya yakin ada lebih banyak pihak yang lebih berkompeten dalam hal ini. Saya hanya ingin melihat hal ini dari kacamata seorang calon dokter :). Tentang hubungan antara dokter dan pasien.


Pasien sekarang sudah jauuuh lebih cerdas bila dibandingkan dengan 10 atau 15 tahun yang lalu. Kemudahan akses informasi dan teknologi melalui internet membuat pasien jauh lebih kritis. Tinggal buka google atau mungkin wikipedia, munculah semua informasi yang dicari. Dulu, dokter adalah orang yang paling dihormati. Pasien begitu patuh dan manut akan apa yang dokter katakan. Tidak banyak bertanya, ibaratnya pasien sangat pasrah terhadap dokter. Tapi, sekarang berbeda. Pasien akan kritis bertanya. Pertanyaan-pertanyaan seperti, " mengapa saya diberi obat ini?mengapa bukan obat yang lain?Padahal harganya lebih murah." atau "mengapa saya harus mondok?", apakah operasi ini adalah jalan satu-satunya?". Dengan semakin banyak tenaga dokter, pasien jadi mempunyai lebih banyak pilihan. Ketika ia tidak puas dengan pelayanan ataupun jawaban dokter yang pertama, ia akan mencari dokter yang lain yang lebih dapat memuaskan hatinya.

Dalam prakteknya, saya banyak bertemu dengan pasien-pasien cerdas. Salah satu pasien cerdas yang saya kenal adalah Mama saya sendiri :). Sejak menjalani kemoterapi kanker payudara selama enam bulan di tahun lalu dan dilanjutkan dengan pengobatan rutin setiap bulannya. Mama aktif bertanya kepada perawat maupun dokter yang merawatnya mengenai penyakitnya dan pengobatannya. Salah satu pertanyaan mama adalah mengapa dokter memberikan obat merk A bukan obat merk B untuk pengobatannya. Apalagi dari segi harga, obat merk A jauh lebih mahal dan juga tidak ditanggung oleh asuransi kesehatan yang mama miliki. Dengan sangat kooperatif dokter menjelaskan dengan bahasa dan perumpamaan yang mudah dimengerti oleh mama. Hal ini berdampak pada kepatuhan mama membeli dan meminum obat. Meskipun obat yang disarankan dokter itu menghabiskan biaya yang tidak sedikit, mama tidak keberatan karena mama mengerti alasan mengapa dokter memberi obat itu.

Jadi, sebenarnya kuncinya adalah komunikasi yang baik antara dokter sebagai penyedia layanan kesehatan dan pasien sebagai pengguna. Bagaimana dokter menjelaskan kepada pasien untuk setiap tindakan yang ia lakukan kepada pasiennya ( baik itu manfaat suatu tindakan maupun efek samping yang mungkin akan timbul dari pengobatan yang diberikan) biarpun itu hanya sekedar memasang termometer. Setelah memberi penjelasan, kemudian dokter juga memberi kesempatan kepada pasien untuk memilih karena seperti Atul Gawande (penulis Complication and Better), katakan bahwa tubuh pasien itu adalah haknya sehingga dia punya pilihan untuk menolak sebuah tindakan.

"Menjadi seorang dokter itu bukanlah hal tersulit, yang paling sulit adalah menjadi dokter yang baik :)".

Obrolan malam hari

Apa kabar?
Lama sekali saya tidak menjamah blog ini. kangen...
Banyak alasan mengapa saya (kembali) mengabaikan blog ini. Terlalu asyik main facebook, komen sana sini, ikut kuis-kuis gak penting di facebook, chatting pake facebook sampai akhirnya lupa dengan blog ini.

Hingga tadi malam, ketika saya dan pacar melakukan ritual malam, obrolan sebelum tidur untuk bercerita tentang apa saja, salah satunya menulis kembali blog kami berdua. Dia, dengan teori gembel-nya dan saya dengan kekuatan kata...

Dan kini, akhirnya saya menulis lagi :)

April 19, 2009

Cinta Bukan Kue Serabi..( and i finally i've found you)

Bunda,kuingin tahu rasanya jatuh cinta..
Kuingin tahu rasanya berbagi hati…
Apakah rasanya….

Sambil tersenyum bunda menjawab ..
Sayang, bila cinta itu adalah sepotong serabi…
Yang dapat dengan mudahnya kubeli..
Maka tanpa ragu akan kubeli yang banyak untukmu…
Agar kau tahu bagaimana rasanya..

Tapi, sayang…
cinta bukanlah serabi…..
yang dapat dibeli dan kuberi padamu…
cinta itu datang dari hati….
Datang dengan caranya sendiri…
Kau tak dapat memaksanya ada…
Ataupun menyuruhnya pergi…
Bila kau tak ingin hadirnya lagi….
Tunggulah hingga waktunya tiba….
Cinta itu akan menghampirimu tanpa kau minta….:)



Puisi lama saya, yang saya temukan di antara koleksi saya, tersimpan rapi di dalam dokumen. Hampir lupa saya kalau pernah menulis puisi ini. Terinspirasi dari curhatan hati saya suatu malam kepada mama ketika gelisah menanti pujaan hati yang tak kunjung hadir.

Saat semua yang ada hanya menyakiti, mampir sebentar di hati lalu pamit pergi. Menjadikan diri ini seperti halte.

Lalu dia hadir, persis seperti yang mama bilang, tanpa diminta, dengan cara yang tak terduga. Dan yang saya tahu kini saya bahagia :).

ps : I love you for now, then and forever :).

Sudah gak jamannya lagi undangan dari kertas ;p

" Ass. Mohon doa restu, insyaallah kami akan melangsungkan akad nikah.19-04-09 pukul 08.00 wib, tempat kediaman mempelai wanita Tangerang..Kami yang berbahagia..dr Denny A.P&Bai Ili (iyan) wass."

Dikirim : 17-Apr-2009
18:22:22

Kaget ya membaca tulisan di atas? ;p. Tenang tulisan di atas bukan undangan pernikahan saya. Itu adalah pesan singkat yang saya terima dari salah seorang teman saya yang akan melangsungkan pernikahannya hari ini.

Berhubung akad nikah dilaksanakan di Tangerang, daerah asal mempelai wanita, sementara kebanyakan teman-teman kuliah dan teman kedua mempelai ada di Yogyakarta sehingga undangan akad nikah dikirimkan melalui sms. Undangan ini juga berfungsi sebagai pemberitahuan kepada khalayak bahwa pada hari ini mereka telah resmi menikah. Jadi tidak ada lagi yang namanya tuduhan kalau mereka menikah siri, seperti yang sekarang lagi trend di kalangan artis ;p.

Hmm, ide ini menurut saya cukup menarik ( bukan ide menikah siri lho yaaa, kalau itu siy ga banget ), tapi ide untuk menyampaikan undangan pernikahan melalui pesan singkat (a.k.a sms ;p). Dalam pemikiran saya cara ini selain efektif, praktis juga ekonomis ( saya bukannya pelit lho ;p).

Jujur saja, saya sering merasa sayang melihat undangan yang begitu mewah dan mahal yang menghabiskan biaya yang tidak sedikit, selesai acara hanya menjadi barang yang tidak berguna, hanya untuk dicoret-coret dan akhirnya masuk ke tong sampah bersama kertas-kertas lain karena si penerima undangan tidak tahu harus diapakan undangan (yang begitu mahalnya itu). Hm, sayang sekali bukan? Apalagi bila dikaitkan dengan isu "go green ( ramah lingkungan )", yang saat ini sedang gencar-gencarnya didengungkan di seluruh dunia. Coba bayangkan berapa banyak pohon yang diperlukan untuk membuat undangan yang akhirnya masuk ke dalam tong sampah itu? ;p.

Saya sendiri pernah mempunyai ide ( tentu saja dengan catatan bila si mama dan si dia setuju ya ;p) untuk undangan pernikahan kelak selain lewat cara konvensional ( yang tercetak dengan kertas ), saya akan mengirimkannya lewat email, sms, dan juga lewat situs jejaring pertemanan semacam Facebook. Untuk undangan melalui Facebook ini, saya sudah pernah menemukan pasangan calon pengantin yang mengumumkan pernikahan mereka lewat invitation di Facebook) :).

Bukankah yang penting maksud dan tujuan dari undangan itu tersampaikan?

Tujuan dari undangan itu adalah untuk mengundang orang lain datang ke pesta yang kita adakan. Selain tentu saja, untuk membagi kebahagiaan dari sepasang pengantin yang sedang berbahagia. Kertas, sms, surat elektronik, dan Facebook hanyalah media untuk menyampaikan pesan itu. Iya kan ? ;).

Dan kita diberi pilihan kemudahan melalu teknologi...

Apalagi di zaman yang semakin canggih ini, dimana akses internet begitu cepat dan mudah. Hanya dalam hitungan menit, undangan yang kita kirim telah dibaca oleh orang yang bersangkutan. Sementara bila menggunakan pos mungkin perlu waktu yang lebih lama lagi.

Yaa, ini memang hanya salah satu pemikiran saya. Bagaimanapun masih banyak yang menganggap cara ini kurang lazim atau kurang sesuai. Dan itu saya kembalkan lagi ke pendapat masing-masing ;).

Anyway, saya ingin mengucapkan selamat kepada teman saya Iyan yang melangsungkan pernikahannya hari ini. Semoga pernikahannya langgeng hingga kakek nenek. Segera diberi momongan yang lucu-lucu..amin :).

He, meet the parent( and my mom likes him ) :)

Hari Kamis kemarin merupakan salah satu hari yang paling bersejarah dalam hubungan saya dan pacar. Hohoho, kami bukan lamaran, bertunangan, atau apalah seperti yang teman-teman saya komentari di status Facebook saya ( begini status yang saya tulis: " Lega setelah Mama bilang oke ), yang banyak diartikan macam-macam oleh mereka :).

Hari kamis itu, adalah untuk pertama kalinya, mama bertemu dengan pacar saya (tanpa saya). Selama ini, mama dan dia hanya berkomunikasi lewat telepon. Itu pun dilakukan bila saat kebetulan mama menelepon, ada dia di samping saya. Pada hari itu kebetulan mama mendapat tugas ke Jakarta, kota di mana pacar saya menetap. Jadi, terjadilah pertemuan itu :).

Saya menanggapi pertemuan itu dengan sedikit deg-degan. Maklum saja, meskipun saya sudah sering sekali menceritakan tentang pacar saya kepada mama dan sejauh ini tanggapan mama baik-baik saja. Setuju dan mendukung hubungan kami, saya tetap saja penasaran. Hingga sore hari, saya menanti kabar dari mama atau pacar saya (tampaknya mereka berdua sepakat membuat saya penasaran ;p).

Ketika akhirnya mama menelepon, dengan antusias beliau berkata...
" Tinggi banget ya, Ri. Mama ini cuma setengahnya aja, gak gendut tuh. Paslah dengan tingginya. Putih lagi. Kalo diliat-liat dia mirip kamu, ya? Dari alisnya, hidungnya, mirip banget deh."
" Jadi, oke kan Ma?"
"Oke lah. Mama udah lega banget udah ngobrol lama sama dia. Banyak yang udah mama obrolin dengan dia. Udah mama anggap jadi anak mama. Anaknya ngajenin banget. Kamu baik-baik ya sama dia. Jangan nyusahin dia, jangan gampang ngambek."(Siplahh, ma...)

Saya senang sekali mendengar jawaban mama. Mama sayang dengan dia, dan dia pun juga. Bersyukur melihat mereka berdua cocok satu sama lain. Karena bagi saya mereka adalah dua orang penting dalam kehidupan saya sekarang dan kelak (amin). Saya tidak ingin suatu saat terpaksa berdiri di antara dua pilihan antara mama dan dia karena mama dan dia tidak saling cocok. Bukankah ini sering menjadi duri dalam sebuah hubungan. Namun, sejauh ini saya lihat semuanya baik-baik saja :).

Sebagai gadis yang dibesarkan dalam budaya timur (ehem..ehem..) saya ditanamkan ketika menjalin hubungan dengan seseorang, saya tidak hanya menjalin hubungan dengan dia seorang, tapi juga dengan seluruh keluarga besarnya. Menerima dia lengkap satu paket dengan keluarganya :). Menyayangi dia dan juga keluarganya. Begitu juga dengan dia. Menerima dan menyayangi seluruh keluarga saya. Itulah mengapa pertemuan dan perkenalan kedua keluarga menjadi begitu penting. Karena seperti pribahasa, tak kenal maka tak sayang :).

April 17, 2009

Three times a Lady...

Saya adalah penggemar acara Mario Teguh, The Golden Ways yang hadir di Metro TV setiap hari Minggu jam tujuh malam. Menurut saya, acara ini merupakan salah satu acara yang paling inspiratif dan menggugah jiwa :). Pacar saya tahu itu. Karena setiap saya menonton, saya akan selalu meng-sms dia. Menceritakan betapa bagusnya acara hari itu, sambil mengirim quote-qoute yang menarik menurut saya. Tanggapannya hanya "iya, yang. Met nonton ya :)"...( Itu memang sifatnya, tenang dan tidak heboh seperti saya ;p).

Yang tidak saya sangka, adalah apa yang dia lakukan yang menurut saya manis banget :). Hari ini ketika saya membuka kotak email, saya menemukan email dari dia yang berisi forward-an quote-quote Mario Teguh yang saya tonton kemarin. Lengkap. Membuat saya semakin cinta dengan dia :). ( Meskipun dia mendapat email itu dari temannya, tapi setidaknya dia ingat bahwa saya menyukai itu..)

Terkadang cinta diungkapkan tidak hanya melalui bunga, coklat, dan hujanan kata-kata sayang nan romantis. Cinta dapat berbicara melalui bahasa yang sederhana, saling mengingat apa yang pasangan kita suka dan tidak suka, seperti apa yang telah dia lakukan pada saya hari ini...:)

Ini kutipan Quote Mario Teguh di hari Minggu :

MARIO TEGUH
GOLDEN WAYS

THREE TIMES A LADY
12 April 2009

Cara terdekat untuk memperbaiki rizki
adalah meningkatkan kualitas kasih sayang di keluarga kita.

“Katakanlah kepada wanita Anda:
Seorang wanita adalah sebuah kesatuan yang indah dari tiga peran penting dalam kebersamaan dengan pria-nya.

Yang pertama, dia sebagai kekasih.
Yang kedua, dia sebagai sahabat.
Yang ketiga, dia sebagai ibu.

Ketertarikan yang menggila pada saat-saat pertama cinta ditemukan, memang mudah untuk membuat dua pribadi yang sangat berbeda untuk menjadi satu dan memutuskan untuk bersama-sama sepanjang hidup. Hanya saja, panjangnya hidup yang dilihat oleh mata yang sedang terkaburkan oleh cinta, bisa jadi sangat pendek.

Itu sebabnya cinta saja tidak cukup. Cinta harus menjadi landasan dari sebuah kebersamaan, yang tidak mungkin menjadi keseluruhan strukturnya.

Ada banyak hal yang harus dibangun dengan logika yang jernih untuk menjadikan sesuatu yang dimulai dengan emosional ini – sebuah kebersamaan yang membahagiakan.”
.......

Seorang wanita, harus pertama, menjadi seorang kekasih.

"Mungkin karena mengikuti sebuah seminar yang salah, tidak sedikit wanita yang tidak lagi berupaya menjadikan dirinya obyek ketertarikan fisik dari pria-nya, segera setelah mereka menikah.

Entah siapa yang mengajarinya untuk menjadi wanita yang tidak lagi menggetarkan jantung pria-nya saat tenunan-tenunan benang itu meninggalkan kulitnya.

Atau menjadikannya wanita dengan suara tawa, teriakan, dan umpatan yang biasanya dilakukan oleh pria-pria tidak terdidik. Atau, menjadikan dirinya lebih perkasa daripada pria-nya, untuk menyiapkan dirinya bagi pertarungan yang harus dimenangkannya atas prianya, suatu ketika nanti.

Bila Anda ingin pria Anda mengendap-endap, meliuk-liuk, dan menggeram rendah dan dalam saat dia merangkak mendekati Anda, dengan sinar mata yang mengharuskan Anda untuk gemetar karena lebih mengharapkan daripada menolak; maka jadikanlah diri Anda seorang kekasih yang pertemuan dengannya membuat pria Anda bersedia meninggalkan apapun."
.......
Seorang wanita, harus ke-dua, menjadi seorang sahabat.

"Sebuah kebersamaan yang tidak dibangun atas sebuah persahabatan, akan menjadi sebuah istana pasir yang menunggu air pasang naik. Dua sahabat, disebut sahabat, karena mereka menikmati kebersamaan dengan satu sama lain.

Mereka menikmati yang mereka lakukan bersama. Mereka tidak harus menyenangi hal-hal yang sama, tetapi mereka selalu menemukan cara-cara yang menyenangkan dalam menikmati waktu mereka.

Mereka menjadi penguat bagi satu sama lain; tidak menilai buruk satu sama lain, melihat kebaikan dari satu sama lain, mengupayakan kebaikan bagi satu sama lain.

Seperti unsur kimia yang bereaksi dan berubah karena dicampurkan - Anda dan pria Anda harus berubah menjadi pribadi-pribadi baru, yang kebersamaannya justru memperkuat kebersamaan Anda.

Bukan tidak cukup-nya kasih sayang, yang membuat sebuah kebersamaan itu tidak membahagiakan - tetapi tidak cukup-nya persahabatan."
.......
Seorang wanita, harus ke-tiga, menjadi seorang ibu.

" Ada wanita yang berhasil membangun karir yang cemerlang, lalu menolak menjadi seorang ibu, karena menurutnya menjadi seorang ibu itu, merendahkan martabatnya sebagai seorang wanita.

Dia sangat betul, karena dia adalah wanita yang dilahirkan dari rahim seorang pria.

Tidak ada pria atau wanita yang super mulia dan super cemerlang dalam sejarah kemanusiaan, yang tidak dilahirkan oleh seorang ibu.

Bila bayi kecil, lucu, harum, dan ceria itu kemudian menjadi seorang profesional atau pebisnis yang cemerlang dan mulia pribadinya; maka langit pun tidak bisa menjadi atap dari tingginya pujian yang terharuskan bagi seorang ibu.

Seorang pria yang mengerti hal ini, akan menghormati wanita-nya sebagai keteladanan bagi anak-anaknya dalam menghormati ibu mereka, wanita kecintaan-nya.

Ciumlah punggung tangan wanita Anda, dan katakanlah dengan penuh kasih.

You’re once, twice, three times a lady.
And, I love you."



ps : saya berharap saya bisa menjadi wanita yang seperti itu :)

April 15, 2009

CALEG STRESS, fenomena apakah ini?

Saya selalu memulai pagi dengan secangkir kopi, entah itu moccachino, vanilla latte, atau hanya kopi krimer original ditemani setangkup roti tawar coklat atau keju sambil menonton berita pagi untuk mengetahui apa yang terjadi di Indonesia dan dunia hari-hari terakhir ini :). Namun, hati saya mendadak miris ketika penyiar berita melaporkan banyaknya caleg di berbagai daerah yang stress pasaca pemilu legislatif 9 April 2009.

Meskipun hasil penghitungan suara belum final, para caleg ini stress setelah mengetahui hasil perhitungan suara sementara mereka tidak seperti yang diharapkan. Padahal mereka sudah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk itu. Mungkin tidak hanya jutaan, puluhan bahkan mungkin ratusan hingga miliaran juta rupiah. Yang lebih menyedihakan, biaya itu kebanyakan tidak berasal dari kantong mereka sendiri. Ada yang hasil meminjam sanak saudara, bantuan donatur, atau menjual tanah warisan :). Uang itu mereka gunakan sebagai modal untuk kampanye dan menarik simpati warga daerah pemilihan untuk memberikan suara. Usaha menarik simpati itu bermacam-macam dari yang terselubung, mulai dari mengadakan pengajian rutin setiap minggu menjelang pemilu sembari membagi-bagikan peralatan sholat, memberi bantuan alat musik kepada sekolah, dan bantuan dana pada posyandu dan kegiatan kemasyarakatan (intinya, menjelang pemilu para caleg menjadi orang yang amat sangat dermawan padahal mungkin sebelumnya mereka tidak seperti itu;p). Hingga cara-cara ekstrem seperti membagikan sejumlah uang kepada warga pada hari pelaksanaan pemilu (serangan fajar).

Tentunya saat mereka mengeluarkan biaya yang tidak sedikit itu, mereka berharap bahwa suatu saat uang yang mereka keluarkan itu akan kembali. Kalau bisa tidak sekedar kembali, tetapi juga lebih dari yang mereka keluarkan. Sehingga mereka rela habis-habisan untuk sekedar menjadi caleg. Menjadi anggota dewan yang terhormat adalah impian bagi kebanyakan orang. Ada yang memang berniat mulia, ingin menyalurkan aspirasi rakyat dan memperjuangkan rakyat. Namun, sebagian lagi tergiur dengan gaji anggota dewan yang selangit. Seperti yang pernah ditulis oleh teman saya Astika (a.k.a tyas a.k.a mucus). Jadi menurut saya wajar saja bila banyak orang ingin menjadi anggota dewan.

Menjadi tidak wajar, bila mereka hanya siap menang, siap menjadi anggota dewan tanpa siap dengan segala kemungkinan terburuk, tidak lolos pemilihan, hasil perolehan suara mereka tidak seperti yang diharapkan, dan juga kerugian materiil (mengeluarkan banyak biaya untuk kampanye). Bukankah hidup itu memang penuh risiko?

Menurut teori kejiwaan yang pernah saya pelajari di Psikiatri (meskipun saya belum masuk bagian psikiatri, mungkin teman-teman sejawat yang sedang koass di bagian ilmu jiwa mau bebagi ;p). Seseorang mengalami gangguan jiwa disebabkan ketidakmampuannya untuk mengatasi tekanan yang ada. Setiap orang dalam hidup, akan mengalami peristiwa-peristiwa yang menggoncang dirinya yang dapat menjadi pencetus gangguan jiwa, dari yang ringan hingga yang berat. Namun, kemampuan seseorang untuk bertahan, bangkit dari depresi itulah yang menentukan.

Kembali ke topik, miris sekali rasanya melihat berita tadi pagi. Ada apa dengan bangsa ini? Mengapa jadi begini ya?

ps : please give ur comment. let's we share together :)

April 11, 2009

Sebuah cerita tentang hidup....

Mungkin benar kata lagu, Hidup ini panggung sandiwara...
Kita hanyalah pelakon dari setiap cerita,
dan Yang Maha Kuasa adalah sang sutradara kehidupan..
Hidup ini juga layaknya cerita sinetron atau skenario film..

Masing-masing dari kita mempunyai peranan masing-masing..
Tapi, berbeda dengan sinetron dan film,
Dimana para pemain telah tahu skenario cerita dari awal,
Telah mengerti bagaimana akhir cerita...
Kita tidak pernah bisa menebak akhir cerita kita,
Kita hanya bisa menjalani hidup ini sebaik yang kita mampu...


Hari Kamis, 9 April 2009, jam setengah enam pagi. Saya baru saja bangun tidur, masih malas-malasan di kamar sambil menonton teve. Wajar saja, hari itu libur Pemilu dan keesokan harinya juga tanggal merah ditambah lagi, saya baru saja menyelesaikan ujian stase kulit dan kelamin yang susahnya minta ampun. Saya ingin libur, saya ingin menikmati hari itu dengan bersantai dan berbelanja ( Alhamdulillah, mama saya baru mentransfer sejumlah uang untuk membeli buku-buku stase mata dan tas ). Kemudian saya mendengar suara seseorang mengetok pintu kamar saya. Saya mengintip dari jendela, muncul wajah adik kost saya.

"Kenapa Mai? Kok tumben pagi-pagi udah main ke kamar?" " Mbak Ri udah tahu belum tentang Mas Rama?
"Emang Rama kenapa, Mai?" " Mas Rama meninggal mbak. Tadi pagi di Purworejo, kecelakaan." Jawab Damai.

Saya terdiam sesaat, seperti tak percaya mendengar apa yang dikatakan Damai. Rama teman seangkatan saya, sama-sama koass di Purworejo, pacarnya Tika,mantan teman kost saya. MENINGGAL di usianya yang ke -24 tahun. Saya seperti mimpi. " Kamu gak bohong kan, Mai?" "Ya, Ampun mbak. Masa aku bohong siy mba..."

Saya syok, tak percaya...
Bahkan hingga hari ini. Pertama kali masuk Rumah Sakit terasa aneh, janggal, weird.

Hidup ini rahasia Yang Maha Kuasa. Hanya Dia Yang tahu apa yang akan terjadi. Sekali lagi, kita sebagai manusia hanya mampu menjalani hidup ini dengan sebaik-baiknya. Jadi yang terbaik yang kita mampu :).

April 03, 2009

Balada si Pedagang Jeruk di BUs Merdeka ...

Sejak saya Koass, setahun yang lalu. Rute Jogja-Purworejo PP adalah rute yang paling sering saya lewati. Setidaknya dalam seminggu saya melewati rute itu. Berbagai moda transportasi sudah saya gunakan, dari mobil pribadi (nebeng teman :D ), sepeda motor (tapi masih digonceng di belakang, belum berani membawa sendiri ;D), kereta api prameks (jogja-kutuarjo 7000 rupiah ), travel Rahayu Persada (non AC, agak panas, 30.000 rupiah ;p), bahkan bus antar kota. Dua yang terakhir itu yang paling sering saya gunakan, bus dan travel ;). Untuk travel saya rasa, mbak-mbak di rahayu persada dan bapak-bapak sopir travel itu sudah hapal dengan saya karena begitu seringnya saya bolak-balik Jogja-Purworejo.

Saya selalu berusaha menikmati perjalanan saya, mencari sisi menarik yang ada. Entah mencoba mengamati teman seperjalanan saya, mencoba mencuri-curi dengar obrolan mereka, lalu mengomentari di dalam hati atau memperhatikan tips dan trik para pedagang asongan. Seperti beberapa hari yang lalu, saat saya naik bus Merdeka dalam perjalanan ke Jogja. Di Terminal Wates, naiklah seorang pedagang asongan yang menjual jeruk mandarin. Sekilas tidak ada istimewa, si pedagang membagi-bagikan jeruk mandarin satu persatu pada setiap penumpang, sambil berkata.."Ayo, mbak, mas, Bapak,Ibu ayo jeruknya, Tiga ribu rupiah dua. Ditanggung manis. buat di bis, buat oleh-oleh di rumah."

Beberapa pembeli, terlihat megupas jeruknya yang artinya membeli si pedagang. Sebagian penumpang mengembalikan jeruknya. Tak lama kemudian, si pedagang kembali menawarkan dagangannya. Kali ini, jeruk sudah dimasukkan ke dalam kantong plastik hitam. Lalu, si pedagang berkata.."Ayo, jeruknya. Delapan jeruk sepuluh ribu.." ( see, harga jeruk mulai turun ). Hm, tapi itu belum seberapa. Satu kantong jeruk laku terjual. Kembali si pedagang menawarkan dagangannya. "Jeruknya jeruknya, sembilan jeruk sepuluh ribu. Buat oleh-oleh di rumah.." ( huahuahuahuahua, harga jeruk semakin turun ). Oooo, tapi itu masih sebelum berapa.Lihat yang ini.."Ayo, Mbak jeruknya. sepuluh jeruk sepuluh ribu. Tinggal satu, mbak.." (hahahahahaahaha..kali ini harga jeruk turun seturunnya...). Anyway, trik yang bagus pak jeruk :). Membuat Ibu yang duduk di sebelah saya menyesal sejadi-jadinya karena dia adalah si pembeli jeruk pertama namun, sebaliknya membuat mas di depan saya tersenyum puas karena berhasil menjadi pembeli jeruk terakhir...

Jadi, sedikit trik dari saya kalau mau membeli jeruk atau apapun di bus ( mungkin gak hanya saat di bus saja ;p). Sabar sedikit, tahan diri, sok jual mahal dan jadilah pembeli terakhir seperti mas di depan saya.hehehehehehe

Maret 21, 2009

Mengapa Perempuan Harus Pintar?

Saya heran, entah mengapa saya lebih banyak mendapat ide-ide untuk menulis ketika saya berada di bilik termenung ( baca:toilet ;p ). Pada saat itu, saya bisa berpikir lebih jernih, pikiran saya dapat berpetualang kemana-mana sehingga saya dapat menulis. Apa istimewanya bilik termenung itu ya? Huahuahuahuahua...
Anyway, itu hanya intermezzo, lewat aja, bukan itu yang ingin saya tulis sebenarnya. Tapi, hanya menceritakan bahwa judul di atas saya dapatkan ketika saya sedang menghabiskan waktu di bilik termenung .
Mengapa perempuan harus pintar, atau mungkin lebih kata pintar itu digantikan dengan cerdas dan kreatif kali ya? Sebelumnya, saya ingin menjelaskan definisi pintar menurut saya, pintar di sini bukan hanya dilihat dari sisi akademik, maupun IQ semata. Saya mencoba mencari jawaban dari pertanyaan itu. Dan inilah jawaban dari pertanyaan saya ( tentu saja jawaban ini juga versi saya ):

1. Perempuan itu akan menjadi ibu dan ibu adalah pihak pertama yang berinteraksi dengan anak-anaknya. Sejak dari dalam kandungan hingga sang anak dewasa. Oleh karena itu seorang ibu harus cerdas dan kreatif. Dia akan menjadi orang yang mendidik anak-anaknya. Menghabiskan waktu lebih banyak dengan mereka. Jadi bila ibunya cerdas diharapkan si anak dapat menjadi individu-individu yang cerdas juga kelak .
2. Perempuan yang cerdas dan kreatif dapat menjadi teman berbagi yang menyenangkan bagi pasangannya, juga dapat menjadi motivator setia pasangannya. Dengan pengetahuan yang luas dia dapat memberi masukan-masukan yang berharga bagi karier pasangan. Walaupun mungkin saja dia hanya berperan di balik layar. Seperti ungkapan, “setiap lelaki hebat pasti di belakang ada wanita yang hebat juga”. Banyak contohnya, di belakang Bill Clinton ada Hillary Clinton, Michelle Obama mendampingi Barrak Obama, dan di negara kita ada Ibu Hj. Ani Yudhoyono di samping SBY. Semuanya mendukung kesuksesan pasangan masing-masing.
3. Perempuan harus pintar, cerdas dan kreatif karena dengan kecerdasan yang dia miliki dia dapat memberdayakan dirinya sendiri .

Itulah tiga alasan versi saya mengapa kita sebagai perempuan harus pintar. Satu lagi,
Kepintaran, kecerdasan dan sifat kreatif tidak hanya diperoleh dari jalur pendidikan formal melainkan juga non formal. Sekolah hanya salah satu cara. Masih banyak cara lain untuk menjadi pintar. Koran, majalah, buku dan teve adalah sarana untuk belajar. Jadi, sebagai perempuan teruslah belajar. Jangan pernah berhenti belajar. Majulah terus perempuan Indonesia ;).

Maret 20, 2009

I've got a message from.....

" Sukseskan Pemilu 2009 adalah sukses bangsa. Mari Kita sukseskan pesta demokrasi 2009."
Pengirim : KPU
Dikirim : 20-Mar-2009 09.00

Itulah sebait pesan yang masuk ke ponsel saya. Singkat, padat namun bermakna dari KPU mengingatkan saya agar menggunakan hak pilih saya pada PEMILU tanggal 9 April 2009. Mungkin tidak hanya saya mendapat pesan semacam ini tadi pagi. Ada masih banyak pengguna ponsel yang terdaftar di 4444 mendapat pesan semacam ini.

Jujur saja kemungkinan pada PEMILU kali ini saya tidak menggunakan hak pilih saya. Bukan mau saya untuk menjadi golput, melainkan karena keadaan yang membuat saya tidak bisa menggunakan hak pilih saya. Saat ini saya berada di Jogja-Purworejo, sementara saya terdaftar sebagai pemilih di kota asal saya Pontianak. Bila saya ingin menggunakan hak pilih saya berarti saya harus pulang saat PEMILU nanti. Tapi, masalahnya.... untuk pulang itu kan perlu biaya dan tidak sedikit pula.Sebagai contoh estimasi biaya :
1. Tiket Kereta Jogja-Jakarta PP : 2x220.000= 440.000
2. Tiket Pesawat Jakarta-Potianak : 2x500.000=1.000.000
Jadi biaya yang saya butuhkan supaya saya bisa menggunakan hak pilih saya sekitar 1.440.000.

Mahal ya? Dan sekarang pertanyaannya adalah apakah KPU mau membayari saya?hahahaha ( ngarep aja terus, mbak... )
Mungkin bukan hanya saya yang mengalami kesulitan serupa itu. Masih banyak anak kost di luar sana yang terpaksa tidak menggunakan hak pilihnya karena alasan keadaan. Padahal kami sangat ingin berpartisipasi dalam PEMILU kali ini. Jadi dengan sangat terpaksa saya memilih untuk menjadi golput. Meminjam istilah seorang teman bukankah golput itu juga sebuah pilihan? ( ngeles mode on ;p).

Seandainya saja, KPU punya cara supaya saya dan yang lain tetap bisa memilih dan tidak menjadi seorang golput? Atau mungkin KPU sudah punya cara, tapi hanya saya yang belum tahu. Kalau memang iya, harusnya KPU mensosialisasikannya dong. Iya kan?

Hm, anyway, saya salut juga dengan KPU berusaha memberikan kesadaran kepada masyarakat Indonesia agar menggunakan hak pilih mereka. Mencontreng bukan mencoblos :).
Namun, sekarang pertanyaanya siapa yang harus dicontreng? Terlalu banyak warna, terlalu banyak gambar, dan tentu saja terlalu banyak wajah yang tidak saya kenal. Yang terakhir itu yang membuat saya bingung. Wajah-wajah asing yang (mungkin)akan saya contreng. Partainya mungkin saya tahu, Pemimpin partainya juga familiar, tapiiii bagaimana dengan calegnya? terutama caleg DPRD tingkat I dan II. Tidak ada yang saya kenal....huhuhuhuhuhu...
Saya tak ingin pusing, hanya ingin Indonesia yang lebih baik. Indonesia yang lebih menyenangkan untuk saya tingali dengan anak cucu saya :).

Wish u all the best....

Menunggu Jam Satu...

Sebotol Aqua, Compaq tercinta, ruangan dengan hotspot gratis disanalah saya sekarang berada. Membuang waktu dengan online, membuka facebook, membuka yahoo mesangger berniat bersosialisai dengan yang lain. Bertemu teman dari jaman kanak - kanak, menyambung silaturahmi yang sempat terputus oleh karena jarak dan waktu :).

Teknologi membuat segala sesuatu menjadi lebih mudah sekarang. Jarak bukanlah lagi hambatan. Tinggal bawa laptop masing-masing, nyalakan dan silakan online sepuasnya. Tapi, sadarkah teknologi membuat manusia menjadi semakin individualis, autis, dan sibuk dengan dunianya sendiri.

Seperti saat ini, saya tidak sendirian berada di ruangan berukuran 5x8 m. Ada enam orang berada di ruangan yang sama. Tapi, kami hanya saling diam lebih sibuk menatap layar laptop masing-masing, sibuk memberi komen di facebook, dan lebih memilih saling menyapa di Yahoo Mesangger, lebih sibuk mengetik huruf demi huruf daripada mengobrol. Padahal kami bisa saling mengobrol tanpa perlu facebook dan YM.

Kami berenam sekarang mungkin adalah sekumpulan manusia - manusia autis korban dari teknologi....:p
Dan saya yakin, tidak hanya kami, tetapi mungkin yang juga membaca tulisan ini suatu waktu menjadi autis saat berada di depan layar, entah itu laptop ataupun PC :)

Maret 19, 2009

Kisah Cinta vs Operator Seluler ( suka duka kisah cinta jarak jauh )

Dua malam yang lalu, saya dibuat esmosi jiwa oleh jasa layanan operator seluler yang hanya janji tinggal janji, iklan semanis madu, tapi kenyataan tak seindah bayangan ;). Jadi ceritanya, malam itu saya dan pacar sedang melakukan ritual malam. Hmm, jangan membayangkan yang aneh – aneh dulu :D. Ritual malam itu adalah kebiasaan kami untuk bertelepon terlebih dahulu sebelum tidur. Itulah saat kami bercerita, membagi kisah sepanjang hari, saya dengan segala rutinitas koass saya ( pasien – pasien di RS, kasus-kasus menarik yang saya temui saat koass ) dan dia dengan problematika pekerjaannya, macetnya jalanan ibukota yang dia lewati saat dia berangkat dan pulang ke kantor, atau mungkin sekedar obrolan konyol dan ringan yang kadang diiring dengan celetukan sotoy khas saya...hahaha.
Maklumlah, kami terpisah jarak. Dia bekerja di ibukota dan saya belajar di ibu tiri ( gaak, maksudnya dia di jakarta dan saya di Jogja-Purworejo ). Nah, yang namanya hubungan jarak jauh, pertemuan itu adalah suatu hal yang berharga sehingga untuk mengobati rasa rindu di dada ;p, telepon adalah pilihannya. Setidaknya dengan mendengar suaranya sudah membuat hati ini terasa adem :D.
Namun, sayangnya operator seluler sering tidak bisa diajak bekerja sama, contohnya seperti dua malam yang lalu itu. ( Skript pembicaraan saya dan dia )
Tuuuut, telepon berbunyi saya dengan antusias mengangkatnya...
Saya : “Halo, Assalamualaikum mas.”
Dia : “ Waalaikum salam..”
Saya : “ Kok lemes, mas suaranya? Masih galau ya”
Dia : “iya...kresek...abis..kresek..( suara seperti robot, samar-samar gak jelas )
Saya : “ kenapa mas? Kok suaranya gak jelas, putus2 gitu. Kayak robot.”
Hening, sebentar.
Dia : “gimana udah jelas belum?
Tiba-tiba tuuut..tuut..tuut...Dengan semena-mena telepon terputus, kali ini saya yang mencoba menelponnya, siapa tahu suaranya lebih jernih dari yang tadi. Pembicaraan berlangsung tidak lebih dari lima menit, dan kemudian putus lagi. Belum putus asa, kali ini dia yang menelpon saya. Tidak jauh beda dengan yang tadi, tak lama kemudian sambungan telepon putus lagi.
Ah, bete saya ( ternyata telepon seluler bisa memancing emosi juga ). Sebelumnya hanya dia yang sedikit galau karena sehari sebelumnya hard disk externalnya yang bermemori 400 gigabyte tiba-tiba ngambek. Tidak mau dinyalakan, padahal hard disk itu berisi seluruh data-data pekerjaan kantornya. Hard disk yang telah dengan setia menemaninya kemana-mana, keliling Indonesia mungkin juga hingga ke Mesir ( mulai kesotoy-an saya ;p). Anyway, mohon doanya ya supaya hard disk itu sembuh dari komanya..amin ;).
Huuu, operator telepon seluler begitu teganya dirimu. FYI, kami memiliki tiga nomor dari tiga operator seluler yang berbeda. Satu CDMA dan dua GSM. Masing – masing nomor menurut kami memiliki fungsi dan keunggulan masing-masing.
1. GSM A, dari i.....t, yang bintang utamanya Adly Fairus, Asmirandah dan Junior. GSM ini sinyalnya kuat, smsnya murah, begitu pula dengan GPRS-nya jadi kami bisa internetan dan MMS-an dengan biaya ekonomis J. Namun, untuk telepon dibatasi setiap 15 menit, jadi setiap 15 menit, secara otomatis sambungan telepon akan terputus. Kami jarang menggunakan GSM ini untuk bertelepon ria karena waktu 15 menit itu. Malas rasanya bila tiba-tiba pembicaraan harus terputus, apalagi saat itu kami sedang membahas hal penting. Jadi gunanya GSM A ini untuk internet dan MMS foto-foto kami ;p.
2. GSM B, dari X., dengan bintang iklan utama Luna Maya dan si monyet. Meskipun sinyalnya tidak sekuat GSM A tapi punya keunggulan biaya telepon yang lumayan murah dibanding GSM A. Namun sayang, terbatas waktu dan tarif 0 rupiahnya hanya berlaku dari jam – jam tertentu. Ditambah lagi, terkadang smsnya eror.
3. CDMA A, s...t, ini CDMA baru. Meskipun baru, sinyalnya lumayan mantap, tetap kuat hingga ke pelosok terpencil, setidaknya di pulau Jawa, Bali dan Lombok ( sudah terbukti ketika J ). Untuk sms dan telepon sesama operator lumayan murah ditambah lagi tidak ada pembatasan waktu jadi kami bisa telepon sampai puas hingga kuping panas.

Nah, di malam yang menyebalkan itu kami sedang memakai jasa layanan salah satu GSM karena telepon cdma miliknya sedang dicharge. Sayangnya GSM ini di Purworejo khususnya di rumah saya, sinyalnya tidak terlalu bagus. Jadi sering putus- putus dan suaranya kadang tidak terlalu jernih sehingga memancing kekesalan kami berdua
Kami sering membahas, operator seluler mana lagi yang bisa kami gunakan lagi sebagai cadangan. Dari pembicaraan kami berdua, ada beberapa operator seluler yang layak untuk dijadikan pilihan dengan majalah Pulsa sebagai referensinya. Namun, sayang seribu sayang, ternyata tidak semua operator seluler itu mempunyai sinyal dan jangkauan yang luas, terkadang operator seluler bisa di tempat saya tapi sebaliknya sinyalnya jelek di rumahnya.
Mungkin tidak hanya kami yang mengalami hal seperti ini, masih banyak pasangan – pasangan jarak jauh di luar sana yang mengalami hal serupa. Bersusah payah hanya sekedar untuk mendengar suara. Bila lelah dengan segala hal remeh di atas mungkin akan berhenti di tengah jalan. Tapiii, jangan putus asa, tetaplah semangat, anggaplah jarak ini hanyalah sementara sebelum tiba waktunya bersama. Nikmati setiap rasa rindu yang ada, nikmati semua kangen di dada, tabung banyak – banyak untuk pertemuan berikutnya karena bila saatnya tiba kita akan lebih menghargai setiap pertemuan yang ada :).
Ps:
Layanan operator seluler yang ideal HARUSnya memenuhi syarat – syarat di bawah ini :
1. Sinyalnya kuat,menjangkau hingga ke seluruh Indonesia, lebih baik lagi bila mempunyai sambungan langsung internasional. Maksudnya ketika kita berpergian ke luar negeri kita tetap dapat menggunakan layanan operator tersebut, tanpa perlu mengganti nomor ponsel kita.
2. Murah ( tentu saja ini penting ), alasannya sudah tidak perlu disebutkan lagi. Saya rasa semua orang selalu ingin mendapatkan yang terbaik dengan harga yang murah bukan? Hahahaha
3. GPRS dan fasilitas penunjangnya oke. tentu saja dengan harga yang murah. Ini penting untuk MMS dan internetan ;p.
4. Tanpa ada batas waktu menelpon, maksudnya waktu nelpon tidak dibatasi hingga menit ke 15, 29, atau .... Malas sekali rasanya saat berbicara hal penting, terpaksa putus di tengah – tengah.
Saya rasa cukup ini kriteria operator seluler ideal menurut saya. ada yang ingin menambahkan?? ( terutama para pasangan – pasangan jarak jauh :D)



Dan Saya pun Menulis Lagi

Apa kabar? Lama sekali saya mengabaikan blog ini. Kalau blog ini diibaratkan sebuah rumah, mungkin halaman depannya sudah banyak ditumbuhi rumput liar yang panjang - panjang karena begitu lamanya saya meninggalkannya :D. Terakhir saya menulis saat saya masih stase radiologi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sekitar bulan Januari kalau saya tidak salah ingat. Lalu saya vakum, istirahat dengan berbagai alasan. Saat di anestesi, operasi yang banyak, jaga 24 jam on call dan fasilitas warnet saya jadikan alasan. Sedangkan di THT, alasan saya sedang tidak mood untuk mengisi blog, yah intinya saya malas ;p. Mungkin saya belum akan menjamah blog ini, membiarkannya hanya tinggal nama kalau tadi malam pacar saya tercinta ( dia pasti akan bilang “dangdut kamu” hehehe ) tidak memojokkan saya di telepon sedemikian rupa sehingga.
Ya, dialah motivator saya, alasan utama saya kembali menulis blog ini lagi. Dengan berbagai macam cara dia berusaha membuat saya menulis lagi, dari hanya teguran halus berupa pertanyaan – pertanyaan seperti “ Yang, kok blogmu gak diisi?”, hingga kata-kata yang menyudutkan saya hingga ke sudut ruangan, tidak bisa bergerak lagi..( sedikit hiperbola..hahahaha ). “ Kamu itu punya banyak waktu kan? Pulang koass jam 1, terus habis itu kan ngapain? Pasti kamu tidur siang? Iya kan?”
“ Gak kok, mas. Ri gak tidur siang cuma baring-baring aja.” ( tau aja dia, kalo saya pasti tidur siang.Habiiiis, mumpung ada waktu..hihihi ) “ Ah, kamu ini ngeles aja yang. Kamu ini tergantung mood. Sebagai pembaca, aku kecewa loh yang. Aku kan seneng baca blogmu”.
Jeduaaaar, kata – kata itu membuat saya semangat lagi dan menantang saya untuk kembali menulis. Saya memang tidak pernah tahu ada berapa orang di luar sana yang membaca tulisan – tulisan saya dan peduli dengan hal – hal remeh yang saya pikirkan, tapi setidaknya ada satu orang yang selalu menanti tulisan saya. Seseorang yang sangat istimewa dan berarti buat saya. Dialah motivator dan kritikus sejati saya ;).

Dan Saya pun Menulis Lagi

Januari 04, 2009

dan Ibu pun tak pernah cuti :)

Saya sering berpikir bahwa pekerjaan seorang dokter adalah sebuah pekerjaan yang tak pernah mengenal cuti. Setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap hari, selalu ada pasien baru. Penyakit tidak mengenal tanggal merah, libur akhir tahun, bahkan hari raya. Saat istirahat kadang terganggu oleh deringan telepon konsulan dari Rumah Sakit mengabarkan ada pasien gawat yang segera memerlukan pertolongan. Sehingga kadang saya merasa waktu untuk diri sendiri begitu minim.
Tapi, sebenarnya ada pekerjaan yang tak pernah mengenal cuti sama sekali. Pekerjaan yang lebih berat daripada menjadi seorang dokter, yaitu menjadi seorang IBU. Dari sembilan bulan mengandung, melahirkan dengan taruhan nyawa, lalu bangun tengah malam untuk membuatkan susu, mengganti popok, dan merawat di saat si anak sakit bahkan hingga si anak dewasa dan punya anak sendiri. Seorang Ibu tetap akan menjadi seorang Ibu. Tidak mengeluh di saat sang anak berulah, tidak meminta imbalan saat sang anak menjadi pengusaha, tidak meminta PHK saat sang anak menyakiti hatinya :). Seorang Ibu hanya ingin memberi, tanpa pernah meminta.

Januari 01, 2009

Ambil Sepuasnya-Makan Sekenyangnya-Bayar Belakangan
( Tentang Sebuah Kepercayaaan )

" In the middle of the night, the dream wakes me up,..." lagu Dream dari Mocca berbunyi dari ponsel saya, menandakan bahwa ada sms yang masuk. Dari Fya ternyata, " Ri hari ini kita masuk siang. Dokter Faesol ( dokter spesialis radiologi, pembimbing kami di stase radiologi ) baru masuk jam 11.00. Kamu dimana? Udah berangkat belum ? Kalo belum aku jemput ke kost ya? Temenin aku sarapan yuk." Perasaan saya campur aduk ketika membaca sms dari Fya antara kesal dan senang. Kalau saja saya tahu, hari ini masuk siang tentu saja saya tidak akan terburu-buru bangun tadi pagi. Saya bisa sedikit menambah waktu tidur apalagi saya sedang libur dari kewajiban salat lima waktu ( biasa, kedatangan tamu bulanan ;p ). Tapi, sekarang saya sudah rapi dan bersiap untuk berangkat ke RS. Mau berganti baju lagi, rasanya malas. Hm, mungkin lebih baik saya mengiakan tawaran Fya. Lumayan bisa cuci mata di pagi hari sebelum nanti terkurung di dalam ruangan radiologi yang berukuran 3x3 meter :)

"Yuuk. Aku belum berangkat, Fy. Kutunggu kamu di depan ya." Kemudian saya pun bergegas ke ruang tamu dan menunggu jemputan Fya.
"Kita mau sarapan di mana, Ri?Bingung niy." Tanya Fya segera setelah saya masuk ke dalam mobilnya.

" Yah, Fy. Kamu maunya apa? Aku siy tadi udah sarapan roti tawar sama minum milo. Masih kenyang jadi aku cuma nemenin kamu aja ya. Terserah kamu pengen sarapan apa." Setiap pagi saya terbiasa sarapan setangkup roti tawar, bisa dengan selai strawberry, mentega dan meises, atau juga keju. Tergantung keinginan pada hari itu. Pagi ini saya sarapan roti tawar isi selai strawberry dan segelas milo panas. Hmm, nikmat.

Fya mengarahkan mobilnya ke arah jalan Kaliurang, kemudian masuk ke daerah selokan Mataram,di depan Fakultas Kedokteran Hewan UGM kami berhenti dan berusaha untuk mencari tempat parkir yang tersisa di antara deretan mobil dan bus pariwisata berplat luar kota Jogja ( ada yang dari Jakarta, Surabaya, Bandung, dan masih banyak lagi. Jogja begitu sesak saat liburan tiba ;p). Tujuan kami adalah RM SGPC, singkatan dari sego pecel yang dalam bahasa Indonesia berarti nasi pecel. Rumah makan ini menyediakan nasi pecel lengkap dengan lauk pauknya sebagai teman untuk menyantap pecel seperti tahu-tempe goreng, mendoan, sate ayam, dan beberapa menu gorengan lainnya.
Sesampainya di dalam, kami sempat dibuat syok melihat betapa ramainya pengunjung yang ada. Hampir seluruh tempat duduk yang berupa meja dan kursi panjang yang terbuat dari kayu terisi penuh. Saya mengedarkan pandangan dan berusaha mencari tempat kosong, sementara Fya mengambil makanan. Akhirnya saya menemukan ada satu meja kosong yang letaknya di pojok belakang, tanpa membuang waktu saya segera menempatinya. Tak lama kemudian, Fya datang sambil membawa teh hangat dan sepiring nasi pecel lengkap dengan lauk pauknya.
"Ri, aku heran deh kok bisa ya mereka segitu percayanya sama pengunjung. Gak takut ya, kalo pengunjung yang datang itu nakal." Fya berkata sambil menikmati nasi pecelnya. "Emangnya kenapa, Fy?" " Iya. Kan di sini, kita ngambil makanannya dulu, sepuasnya. Baru kemudian kalo udah selesai kita bayar. Nah, seandainya kalo pengunjung yang datang gak jujur. Ngakunya cuma makan nasi pecel aja sama minum gak bilang kalo pake lauk atau misalnya ngambil tempenya dua, tapi pas bayar cuma satu. Kan rugi tuh kalo lama-lama kayak gitu."
" Tapi buktinya mereka gak rugi kan, Fy. Malah semakin ramai yang datang dan tempatnya juga bertambah luas. Iya kan?"Saya menjawab pertanyaan Fya tadi sambil menyeruput segelas teh hangat.

Bila dipikir dengan logika mungkin apa yang ditakutkan Fya masuk akal juga. Bagaimana mungkin kasir bisa memantau apa yang dimakan pengunjung sementara begitu ramai pengunjung yang ada? Sistim seperti ini memang sarat dengan risiko. (Ambil sepuasnya-makan sekenyangnya-bayar belakangan ). Rumah makan bisa rugi andaikan pengunjung tidak jujur. Namun nyatanya tidak demikian. Rumah makan tetap bertahan, malah semakin besar dan juga semakin ramai. Mungkin ada satu atau dua pengunjung yang nakal dan tidak jujur, tapi saya yakin jumlahnya tidak sampai sepuluh.

Hari ini saya belajar tentang satu teori. Saya menyebutnya sebagai filosofi kepercayaan, berilah kepercayaan dengan tulus, maka orang yang kita beri kepercayaan itu dengan sadar akan berusaha memegang kepercayaan yang kita berikan. Ada perasaan ewuh pakewuh ( sungkan J ) bila mengabaikan kepercayaan yang diberikan.

Mungkin begitu juga dalam cinta, karena kepercayaan begitu penting dalam sebuah hubungan. Saya pernah membaca ungkapan " mencintai itu bagai mengenggam pasir dalam telapak tangan. Semakin erat kau mengenggamnya, pasir – pasir itu akan hilang melalui sela-sela jarimu. Namun, bila kau genggam dengan longgar, pasir itu akan tetap ada di tempatnya."

Dan bukankah kita ingin semua tetap pada tempatnya? :)
 
design by Grumpy Cow Graphics | Distributed by Deluxe Templates