September 30, 2012

Bukannya Tidak Bisa, Hanya Tidak Mau Mencoba


" Gosipnya minggu depan aku ada pelatihan kesehatan haji di Poltekkes Siantan. Hadooh, gimana cara perginya ke sana nih? Aku kan gak berani naik tol."

" Pasti bisa lah. Tinggal naik aja kok, repot."

"Aku gak bisa, belum pernah nyoba juga. Dulu pernah ada niatan mau belajar naik tol dengan mama, tapi sampai sekarang gak kesampaian :(. "

"Yaudah, kalau gitu kamu pakai ferry penyebrangan aja."

"Emang kalau pakai mobil bisa dinaikin ke ferry? Aku juga belum pernah nyobain."

"Haduh, orang Pontianak bukan sih? gitu aja gak ngerti. "

"Kalau gitu nyoba belajar naik tol kapuas yuk."

"Kapan?"

"Sorean deh. aku masih capek habis jaga tadi malam."

"Kalau sore aku ada undangan. sekarang aja gimana?"

"Tapi, aku capek. Mau tidur dulu"

"Yaudah, kalau gitu sekarang tidur aja, gak usah pakai belajar. pasti bisa lah."

"Mmmmmhhh,tapiii gimana yaa? yaudahlah, kalau gitu sekarang aja."

"Sana keluarin mobilnya dulu, aku tinggal nyusul."

Sepenggal obrolan kita di Minggu siang, yang akhirnya membuat saya mengalahkan rasa takut dan segala pikiran buruk.


Gambar di bawah ini, adalah gambar jembatan tol Kapuas yang menghubungkan dua sisi kota Pontianak. Selama ini saya paling ogah bila diminta menyetir melewati jembatan tol Kapuas. Bagi yang berdomisili di luar Pontianak atau Kalimantan Barat mungkin akan bertanya-tanya kenapa saya "tidak berani" untuk melewati jembatan tol Kapuas ini (karena dari gambar terlihat baik-baik saja. ya kaaan?)


Tapi, coba lihat gambar di bawah ini :


Atau gambar di bawah ini :



Naaah, sudah tahu kan alasan saya mengapa, saya takut untuk melewati jembatan tol Kapuas?

Dua gambar di atas sudah menjelaskan mengapa saya malas dan takut melewati jembatan tol Kapuas. Jalanan menanjak ditambah kemacetan di saat - saat jam pergi dan pulang kantor, menimbulkan berbagai macam kekhawatiran dalam diri saya. Khawatir macet. Khawatir pada saat kondisi macet mobil saya tiba-tiba mundur di saat tanjakan, dan bermacam-macam pikiran negatif yang belum tentu terjadi. Dalam diri saya sudah tertanam sugesti, "SAYA TIDAK BISA. SAYA TIDAK BERANI.bahkan sebelum MENCOBA."

Makanya saya panik luar biasa, ketika mendengar akan ada pelatihan yang diselenggarakan di Siantan, yang artinya untuk mencapai tempat pelatihan itu, saya harus melewati jembatan tol Kapuas. Tidak ada cara lain, saya harus belajar untuk melewatinya, mencoba mengalahkan rasa takut saya. 

Dimulai dari belajar melewati tol Kapuas 2, yang tanjakannya lebih landai dan tidak seramai tol Kapuas 1. Ternyata tidak sulit. Lalu mencoba melewati tol Landak ternyata juga masih baik-baik saja, dan terakhir akhirnya saya memberanikan diri melewati tol Kapuas 1 dimana ketika itu jalanan mulai padat merayap walaupun mungkin belum sepadat pada hari kerja.

Dan Taraaaa....
Ternyata saya bisa. Ternyata tidak seseram yang dibayangkan. :). *nari hula-hula*


Satu lagi hal yang saya pelajari hari ini, antara tidak bisa dan tidak mau mencoba itu perbedaannya begitu tipis. Sebenarnya tidak ada yang tidak bisa kita kerjakan, mungkin selama ini kita hanya mau mencoba (itu sih saya banget) *HAHAHAHA*

"Kenyataan itu harus dihadapi. sesekali kita bisa lari dari kenyataan, tapi toh kita tidak bisa terus-terusan lari dari kenyataan karena nantinya kenyataan yang akan mengejar kita." J.A :)

Daaaan, hari Minggu sudah akan berakhir, setumpuk laporan sudah menanti memanggil-manggil untuk dikerjakan. *ketawa sambil nangis*



ps:
Hei kamu, terima kasih untuk hari ini, membantuku melawan rasa takut, menemaniku mencoba hal baru. Mungkin benar katamu, aku sebenarnya sudah bisa, hanya perlu sedikit dorongan.
Terima kasih untuk keriaan hari ini, untuk senyum dan tawa yang mencipta bahagia :).


September 20, 2012

Almost Lover - A Fine Frenzy *lagunya pelaku PHP*







Your fingertips across my skin
The palm trees swaying in the wind
Images

You sang me Spanish lullabies
The sweetest sadness in your eyes
Clever trick

I never want to see you unhappy
I thought you'd want the same for me

Goodbye, my almost lover
Goodbye, my hopeless dream
I'm trying not to think about you
Can't you just let me be?
So long, my luckless romance
My back is turned on you
I should've known you'd bring me heartache
Almost lovers always do

We walked along a crowded street
You took my hand and danced with me
Images

And when you left you kissed my lips
You told me you'd never ever forget these images, no

I never want to see you unhappy
I thought you'd want the same for me

Goodbye, my almost lover
Goodbye, my hopeless dream
I'm trying not to think about you
Can't you just let me be?
So long, my luckless romance
My back is turned on you
I should've known you'd bring me heartache
Almost lovers always do

I cannot go to the ocean
I cannot drive the streets at night
I cannot wake up in the morning
Without you on my mind
So you're gone and I'm haunted
And I bet you are just fine
Did I make it that easy
To walk right in and out of my life?

Goodbye, my almost lover
Goodbye, my hopeless dream
I'm trying not to think about you
Can't you just let me be?
So long, my luckless romance
My back is turned on you
I should've known you'd bring me heartache
Almost lovers always do



dari hasil iseng-iseng buka youtube, saya menemukan lagu ini. Memang tidak seterkenal "Someone Like You" Adele yang fenomenal itu, yang dijadikan sebagai lagu kebangsaan bagi yang ditinggal mantannya nikah :p. Nama penyanyinya saja masih terdengar asing di telinga. Jujur saja,awalnya saya pikir A Fine Frenzy ini merupakan nama sebuah band, setidaknya duo lah. Ternyata solois sama seperti Adele. Semakin saya dengarkan semakin jatuh cinta dengan lagu-lagunya, apalagi liriknya itu loh menyayat-nyayat hati (iyaaa, saya lagi senang mendengarkan lagu yang membuat hati tersayat-sayat lalu galau hau hau ;p).

Almost Lover, kalau diartikan dalam bahasa Indonesia bermakna hampir jadi kekasih ya? Berarti nih lagu cocok buat yang lagi PHP dong ya? atau buat yang merasa ditinggalin sama si pelaku PHP (terus aja ri, terus buat hati orang tersayat-sayat..hahahahaha).

Happy listening. Wish you happy :) (atau malah tambah galau *evil's laugh*)

September 16, 2012

Surat Untuk Kekasih Masa Depan









Surat in aku tulis untuk kamu, -siapapun kamu-, jodoh yang telah disiapkan oleh Tuhan untukku di masa depan, aku memang belum tahu kapan nantinya kita akan dipertemukan setelah sekian lama saling mencari satu sama lain. Hmm, apakah sebenarnya kita telah saling bertemu? Apakah kita sudah pernah saling menyapa dan bertukar kata? Mungkinkah sebenarnya keberadaan kamu dan aku begitu dekat, namun identitas kita sebagai pasangan untuk satu sama lain masih disembunyikan oleh Tuhan Sang Maha Pengatur Kehidupan? Mungkin saja, kita toh tak pernah tahu :).

Sayangku, -boleh aku memanggil begitu? :)
Seandainya, kelak kita telah bersama sebagai pasangan tentunya, kumohon jangan pernah merasa rendah diri apalagi merasa tidak berarti apabila pendapatanmu lebih kecil daripada pendapatanku. Hormat dan sayangku kepadamu tidak akan berkurang hanya karena pendapatanmu tidak sebesar pendapatanku. Kamu tetaplah imam bagiku yang akan kuhormati dan kusayangi sepenuh hati. Kewajiban mencari nafkah tetap merupakan tanggung jawab kepala keluarga, jadi asal kamu bekerja keras dan berusaha tanpa kenal lelah, itu sudah cukup bagiku. Rezeki itu sudah diatur oleh Tuhan dan aku yakin semua orang sudah mempunyai bagiannya masing-masing, dan tidak akan pernah tertukar :). 

Sayangku,
Bila nanti kita bersama, kumohon jangan pernah merasa kesepian dan ditinggalkan ketika aku tidak ada di sampingmu. Mungkin ada malam-malam dimana aku tidak bisa menemanimu karena harus menunaikan tugasku sebagai seorang dokter atau  dering telepon tengah malam dari rumah sakit mengabarkan tentang pasien gawat yang segera memerlukan pertolongan yang mengganggu istirahat kita di tengah malam. Maafkan bila itu semua mengganggumu, tapi untuk kamu tahu aku akan merindukanmu setengah mati di saat-saat aku terpaksa tidak bisa menemanimu dan pengertianmu akan profesiku akan membuatku semakin menyanyangiku.

Sayangku,
Sebagai dokter, aku tidak selalu mengalami hari-hari yang menyenangkan, bahkan lebih seringnya aku melewati hari-hari berat. Menghadapi pasien yang cerewet dan penuh tuntutan (walaupun tidak semuanya dan hanya sebagian kecil saja), mengabarkan berita duka pada keluarga pasien, dan tuntutan pekerjaan yang kadang membuat dadaku terasa sesak. Di saat-saat seperti itu, kamu hanya perlu memelukku tanpa kata-kata. Itu cukup, setidaknya aku tahu bahwa setelah melewati hari yang berat, aku masih punya rumah tempat pulang yang mampu memberikan kehangatan dan kedamaian :).

Sayangku,
Terakhir, kumohon jangan pernah memintaku untuk memilih antara kamu atau pekerjaanku karena keduanya sama-sama aku cintai. Kamu adalah bagian terpenting dari kehidupanku. Begitupun dengan pekerjaanku. Menjadi dokter bukan hanya tentang kebanggaan memakai jas putih dan stetoskop yang dikalungkan di leher. Bagiku menjadi dokter adalah juga menunaikan janji dan amanah kepada kedua almarhum orangtuaku.   Dari dulu papaku sangat ingin melihat putrinya menjadi seorang dokter. Beliau bekerja keras, menabung setiap rupiah penghasilan yang diperolehnya agar bisa menyekolahkanku di kedokteran. Masih lekat di ingatan, bagaimana berserinya wajah beliau ketika mendengar aku yang sebelumnya menolak masuk FK, akhirnya mau menjadi dokter. Namun, sayang papa sendiri belum sempat melihatku ketika akhirnya aku berhasil disumpah menjadi seorang dokter. Begitupun dengan mamaku, yang setelah papa meninggalkan kami (aku dan adikku) mengambil tanggung jawab menjadi kepala keluarga, yang juga bekerja siang dan malam berusaha memenuhi kebutuhanku yang tidak bisa dikatakan murah sebagai mahasiswa kedokteran, bahkan dalam kondisi kanker yang tumbuh perlahan demi perlahan di tubuhnya. Untuk merekalah, aku berusaha keras, aku tidak ingin mengecewakan mereka, aku ingin di atas sana mereka bisa tersenyum bahagia karena perjuangan mereka tidak sia-sia. Aku ingin menjadi dokter yang baik seperti doa yang selalu mama lantunkan setiap malam, menjadi dokter yang ramah, yang disayangi pasiennya, yang dengan pekerjaan ini menjadi ladang amal bagiku. Untuk itulah aku mohon jangan pernah memmbuatku memilih antara kamu atupun pekerjaanku. Aku tidak bisa karena keduanya begit berarti.

Sayangku, sekian dulu surat dariku. Maafkan bila kedengarannya aku terlalu banyak meminta :).
Dan, semoga kita segera dipertemukan :)



Dokter Juga Manusia

"Dokter itu harusnya sama dokter, ya kalau gak dengan orang yang sejajar lah. Kalau orang biasa mana berani pasti udah minder duluan lalu mundur teratur."

"kenapa memangnya?bukannya cinta itu masalah rasa?lalu harusnya bagaimana?perempuan ga boleh sekolah tinggi-tinggi supaya orang ga takut untuk dekat?"

"Liat aja Agnes Monica? sempurna kan? cantik, pintar, berbakat tapi sampai sekarang juga belum punya pacar kan? Nah, itu dia, orang takut ngedeketinnya.udah ngukur kemampuan diri dulu."

Obrolan kita berhenti sampai disitu. kamu pamit pulang, sementara aku hingga detik ini masih merasa sesak napas memikirkan obrolan  kita tadi. Lalu harusnya bagaimana? tidak bisa apa-apa, tergantung dengan pria katanya membuat ilfil.di lain pihak  pintar, berbakat, punya karir baik katanya membuat pria takut. Lalu harus bagaimana?


Ah, seandainya kamu tahu cinta itu masalah rasa.
Bukan sepasti matematika
dimana satu tambah satu pastilah dua.
Cinta itu tentang rasa nyaman yang mampu diciptakan
ketika dua orang bersama,
Satu lagi,
Dokter juga manusia
punya rasa punya hati
jangan samakan dengan pisau operasi *mengutip lagi rocker juga manusia* :)



September 13, 2012

Endah N Rhesa - When You Love Someone





I love you but it's not so easy to make you here with me
I wanna touch and hold you forever
But you're still in my dream
And I can't stand to wait ‘till nite is coming to my life
But I still have a time to break a silence
When you love someone
Just be brave to say that you want him to be with you
When you hold your love
Don't ever let it go
Or you will loose your chance
To make your dreams come true...

I used to hide and watch you from a distance and i knew you realized
I was looking for a time to get closer at least to say... “hello”
And I can't stand to wait your love is coming to my life
When you love someone
Just be brave to say that you want him to be with you
When you hold your love
Don't ever let it go
Or you will loose your chance
To make your dreams come true...

And I never thought that I'm so strong
I stuck on you and wait so long
But when love comes it can't be wrong
Don't ever give up just try and try to get what you want
Cause love will find the way....
When you love someone
Just be brave to say that you want him to be with you
When you hold your love
Don't ever let it go
Or you will loose your chance
To make your dreams come true...




ps: lagi suka banget dengar lagu ini.setelah berhari-hari mendengar lagu patah hati menyayat hati. :)

September 09, 2012

Tidak Ada yang Namanya Kebetulan


"Hei, kamu dulu anak SMA 1 ya?" tanya saya dengan begitu percaya dirinya pada laki-laki di depan saya, saat kami sama-sama mengambil makan malam di ruang makan diklat.

Dia tampak kebingungan karena mendapat sapaan tak terduga  dari saya-orang yang sama sekali tak dikenalnya- "bukan" jawabnya . "Bukan anak SMA 1?" saya kembali mengulang pertanyaan yang sama. dan kembali ekspresi aneh muncul di wajahnya, sebelum akhirnya menjawab "bukan."

"Anak SMP 3 ya?" tanya saya masih tidak kenal lelah.  "bukan". dan dia masih saja menjawab dengan jawaban yang sama.
"SD nya dulu dimana?SD Muhammadiyah bukan?" "Bukan. dulu SD-SMP Immanuel."
"Punya abang yang SMA1 ga?" "Gak tuh." jawabnya

Aaaah, salah orang dong *maluuu. tutupin muka :p*. Padahal saya tadi begitu yakin bahwa dia dulu kakak kelas saya sewaktu SMA. Mukanya terasa begitu akrab, sepertinya saya sudah pernah melihat dia sebelum ini, entah dimana.

Tragedi salah mengenal orang dan menyapa dengan begitu percaya dirinya, mungkin akan berhenti hanya sampai disini, bila saya tidak menyapa dia untuk kedua kalinya di ruang aula saat kami mengikuti pengarahan umum dari BKD Propinsi. Ok, saya tidak tahu ada apa di kepala saya sampai saya kembali mengajukan pertanyaan yang sama, yang jelas-jelas kemarin sudah dia jawab dengan bukan. IYA, saya masih penasaran. Hati kecil saya yakin saya pernah bertemu dengan dia entah dimana. Dan  sebagai klarifikasi, jelas-jelas ini bukan seperti saya biasanya, seorang Astari Nurtilawati biasanya begitu cuek, jarang sekali membuka obrolan dengan orang baru, apalagi sampai mengajukan pertanyaan yang sama berulang-ulang. Tapi kejadian hari itu memang luar biasa :). Dan karena hal itulah dia menjuluki saya dokter SKSD *huh* :D.
Memang, setelah kejadian perkenalan yang ajaib itu kami jadi berteman akrab. Sejak mengenal dia pun, hari-hari saya saat mengikuti pra jabatan yang saya pikir akan sangat suram dan membosankan menjadi penuh warna dan cerita.

Kadang saya bertanya,
Apa jadinya kalau saya tidak pernah iseng-iseng menyapa dia di ruang makan?
Jika saya hanya menyimpan rasa penasaran dan hanya bertanya-tanya sendiri di dalam hati?
Apa jadinya kalau dia pada saat pengarahan umum tidak pindah duduk di sebelah saya?
Mungkin kami tidak akan saling mengenal yang berlanjut dengan saling bertukar cerita selama kelas berlangsung.
Seandainya begini, seandainya begitu...

Lalu,
Apakah pertemuan  ini adalah sebuah kebetulan?
Saya yakin tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Semua hal yang terjadi, baik itu pertemuan maupun perpisahan pasti adalah takdir yang telah dituliskan, termasuk pertemuan saya dan dia waktu itu.

Seperti yang pernah saya katakan kepada dia, "Tuhan mempertemukan kita karena Tuhan  tahu kamu mampu membuatku tersenyum bahkan di saat aku sudah tak punya alasan lagi untuk bisa tersenyum, kamu ada menemaniku di masa-masa paling kelam dalam hidupku, membantuku melewati peristiwa-peristiwa tidak menyenangkan, dan dengan caramu berusaha untuk menyemangatiku. Terima kasih untuk itu semua ":)



September 07, 2012

Ibu Selalu Tahu yang Terbaik?


Pernah mengalami berselisih paham dengan ibu tercinta mengenai pria (pasangan) yang (sedang) dicintai?

Saya yakin hampir sebagian besar pernah mengalami hal ini, berbeda pendapat dengan orang tua, dalam hal ini lebih sering  dengan ibu, mengenai pria yang dicintai, termasuk juga saya sendiri. Bukan suatu keributan besar, yang sampai harus memaksa saya menjadi anak durhaka yang pergi meninggalkan rumah (drama banget :p). Tetapi meskipun sering berselisih paham dengan mama, sejujurnya mama pulalah tempat pertama saya mengadu dan menangis tersedu-sedu bila saya patah hati.

Seperti kejadian beberapa tahun lampau, saat saya masih duduk di bangku kuliah, saya jatuh cinta sejatuh-jatuhnya dengan teman kuliah saya, seorang musisi, manajer band indie yang kebetulan mahasiswa kedokteran. Gayanya ajaib dan nyentrik, khas anak band, padahal mahasiswa kedokteran itu  dikenal selalu tampak rapi cenderung klimis. Dia datang ke kampus dengan penampilan seadanya, jaket, jeans, dan sepatu converse. Jarang masuk kelas, dan bila dia masuk pun kerjaannya di kelas tidak lain adalah duduk di paling belakang atau di posisi yang paling membuatnya nyaman untuk tidur. Dunia kami berbeda jauh, ibarat bumi dan langit. Rasanya tidak ada kemungkinan untuk kami bertemu, hingga akhirnya suatu saat entah karena cupid sedang iseng, kami pun menjadi akrab dan berteman. Dari pertemanan inilah, saya tahu bahwa di balik segala dandanan dan perilaku ajaibnya, dia adalah orang yang menarik, senang membaca, punya pergaulan yang luas, dan selera musik yang tidak biasa (fyi, saya juga penikmat band indie, itulah satu kesamaan yang akhirnya semakin mendekatkan kami).

Kedekatan kami ini, saya juga ceritakan kepada mama. Hal inilah yang sukses membuat mama khawatir. Beberapa kali saya beradu argumen dengan mama. Saya membela si musisi sepenuh hati di depan mama. Saya puji dia mati-matian, dengan mengabaikan fakta bahwa hati saya sering jungkir balik karena ulahnya. Suatu hari dia bisa bersikap luar biasa manis dan penuh kejutan, seperti memberikan sekotak coklat bentuk bintang berhias pita biru sebagai oleh-oleh sepulang dia dari Jakarta menemani band yang dimanajerinya manggung di sana, lalu kemudian menghilang berhar-hari, tidak masuk kelas, tidak bisa ditelpon, dan tidak membalas sms. Lalu tiba-tiba setelah sekian lama menghilang, di suatu malam minggu dia sms dan mengajak saya ke acara Indiepop Raising Club. Selalu begitu, datang dan pergi semaunya, membuat saya makin lama lelah. Dan kepada mamalah selalu saya embali untuk mengadu.

Hebatnya mama, mama selalu tahu ketika saya patah hati dan menangis, padahal kami tidak tinggal sekota, saya di Jogja dan mama di Pontianak. Kadang mama tiba-tiba menelpon hanya untuk meyakinkan apakah saya baik-baik saja. Hanya dari mendengar suara saya, mama bisa menebak suasana hati saya, bahagia atau sedih. Pernah suatu kali, saya bertanya bagaimana mama bisa tahu kalau saya sedang sedih ? (iya, malam sebelum mama menelpon saya baru saja menangis semalam)
Lalu apa jawaban mama?
Kamu pernah menjadi bagian dari diri mama selama 9 bulan. Makan makanan yang sama dengan mama makan, mama merasakan setiap gerakan kamu sewaktu masih di dalam. Mana mungkin sekarang mama tidak bisa merasakan apa yang kamu rasakan? (lalu saya mewek).

Mama pun melanjutkan lagi, "Menyerahkan anak gadis kepada orang lain untuk dijadikan suaminya itu tidak mudah karena begitu anak gadis dinikahi maka seketika itu pula tanggung jawab orang tua sudah berpindah tangan ke suaminya. Orang tua sudah tidak berhak lagi terhadap anak gadisnya. Jadi, jangan sampai anak gadisnya jatuh ke tangan yang salah. Jangan sampai kelak nanti kamu tidak bahagia ataupun disakiti. Itulah mengapa mama menjadi cerewet sekali terhadap pria yang dekat dengan kamu. Beda dengan kiki (adik saya), kalau kiki kan cowok, kalau misalnya dia lalai terhadap istrinya, mama masih bisa mengingatkan, kalau suami kamu?Mama tidak punya hak sama sekali. Mama hanya ingin kamu bahagia."

Setiap orang tua sebenarnya hanya ingin melihat anaknya bahagia sehingga kadang terlihat jadi terlalu pemilih terhadap pasangan yang dipilih anaknya (dalam hal ini putrinya). Jadi ketika jatuh cinta, tidak ada salahnya tetap membuka mata dan telinga mendengarkan segala nasihat orang tua yang mungkin terkadang ada benarnya. Saat jatuh cinta kita seperti memakai kacamata kuda, hanya mampu fokus melihat kelebihan orang yang kita cintai tanpa bisa melihat kekurangan yang dimilikinya. Orangtua dalam hal ini ibu kadang melihat dari objek yang berbeda, lebih objektif dibanding kita yang sedang dimabuk cinta :p.

Ibu selalu tahu yang terbaik?
Menurut saya ibu hanya ingin memberikan yang terbaik. hanya ingin melihat anaknya bahagia :)

September 06, 2012

ketika kita menjadi aku dan kamu


"lalu kita akan bagaimana? mau dibawa kemana ini semua?"
Pertanyaan yang sama yang sering muncul dalam percakapan kita dua bulan terakhir. Pertanyaan yang selalu berakhir dengan jawaban yang menggantung.
Dan malam itu, kembali pertanyaan yang sama muncul dalam pembicaraan kita...
 "kemana akan kita bawa hubungan empat tahun ini?"
Hening sejenak, lalu kamu bertanya "kamu siap dengan segala jawaban?dengan segala keputusan?"
"Siap bila itu memang yang terbaik untuk kita." kembali hening yang lama, kamu menarik nafas panjang sebelum akhirnya menjawab "mungkin lebih baik kita sampai disini."
"Ya, sudah kalau memang jodoh kita bisa bertemu lagi. Jika tidak mungkin ini yang terbaik, kita bukan yang terbaik bagi satu sama lain."

Sepenggal percakapan malam itu, saat kita memutuskan untuk menyerah, mungkin kita memang lelah..

Terima kasih untuk empat tahun luar biasa,
dimana kita pernah saling berbagi duka dan tawa,
mungkin ini akhir cerita kita,

Saatnya melanjutkan langkah,
mengejar segala mimpi dan cita,
meski kini bukan untuk kita,
karena tak ada lagi kita,
kini tinggal aku dan kamu 


One True Thing, Sebuah Review


Setelah sekian lama, akhirnya saya kembali menulis lagi. Salahkan kue lapis yang membuat saya lebih ingin mengunyah, salahkan koneksi internet yang membuat gerah, salahkan juga pulsa internet yang ternyata habis, yang penting jangan salahkan saya yang malas ini :D.

Baiklah, kali ini saya ingin membuat review film yang sangat menarik menurut saya. Rencana membuat review film ini sudah ada di benak saya berminggu-minggu yang lalu sejak pertama kali saya menonton film ini di HBO pada hari kedua lebaran, tapi apa daya karena keterbatasan pulsa dan alasan-alasan yang saya sebutkan di atas keinginan saya untuk menulis baru tersalurkan hari ini.






Film ini merupakan adaptasi dari novel yang ditulis oleh Anna Quindlen, disutradarai oleh Carl Franklin dan dibintangi oleh bintang-bintang dengan kemampuan akting yang tidak perlu diragukan lagi kualitasnya. Merryl Streep, Renee Zellweger, William Hurt, dan Tom Everett Scott. Bercerita tentang sebuah keluarga yang harus menghadapi kenyataan ketika sang ibu didiagnosis kanker.
Renee Zellweger disini berperan sebagai Ellen putri tertua keluarga ini, yang bekerja di New York Magazine, sangat mengagumi sang ayah, seorang dosen dan penulis novel. Merryl Streep berperan sebagai Kate, seorang ibu rumah tangga tulen yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk keluarganya, dan si bungsu Bill yang masih berkuliah di Harvard.

Konflik bermula ketika sang ibu didiagnosis menderita kanker dan harus menjalani pengobatan, sang ayah meminta Kate untuk pulang ke kampung halamannya, meninggalkan pekerjaan dan pacar yang ia sayangi  di New York untuk merawat sang ibu yang sakit. Kate awalnya berkeberatan, apalagi selama di rumah ia harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, seperti memasak, membereskan rumah, dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial yang diikuti oleh ibunya. Hal-hal yang sangat tidak ia sukai karena menurutnya ia seperti menjadi duplikat ibunya (selama ini ia menganggap kehidupan yang dijalani ibunya sebagai ibu rumah tangga adalah kehidupan yang membosankan). 

Selama berada di rumah dan merawat ibunya inilah Kate dapat melihat sisi lain dari kedua orang tuanya dan bagaimana kehidupan pernikahan kedua orang tuanya berjalan. Bahwa ternyata sang ayah tidak seideal  dan sesempurna yang ia bayangkan (kenyataan bahwa ayahnya memiliki affair dengan mahasiswinya dan memiliki kebiasaan minum-minum di klub malam sempat membuat Ellen terpukul), sang ibu yang begitu menyayangi dan menerima sang ayah apa adanya (ibunya telah mengetahui affair dan kebiasaan sang ayah namun tetap mencintainya tanpa syarat). Semakin hari, hubungan antara Ellen dan ibunya semakin membaik. Di akhir hayat sang ibu, Ellen mengatakan bahwa ia sangat menyanyangi ibunya, dan ibunya berkata ia tahu, ia selalu tahu bahwa Ellen menyanyanginya, begitupun ia selalu menyayangi Ellen (huaaa, adegan ini sukses membuat air mata saya tumpah ruah)

Film ini berkisah dari sudut pandang Ellen, ya Ellen menjalani semacam interogasi berkaitan dengan kematian ibunya pasca dilakukan otopsi, diduga akibat overdosis morfin (obat penghilang rasa nyeri yang diberikan pada pasien kanker stadium lanjut untuk mengurangi rasa nyeri akibat kanker).

sedikit catatan dari saya:
Film ini sukses membuat mata saya bengkak, air mata tumpah ruah tak terkendali. Saya merasa ada ikatan emosi dengan cerita dalam film ini. Ceritanya begitu mirip dengan apa yang saya alami, walaupun tidak seratus persen sama. Mama saya telah berjuang selama kurang lebih tujuh tahun untuk melawan kanker payudara yang dideritanya. Sejak pertama kali, didiagnosis dokter bahwa benjolan kecil yang tumbuh di payudara kirinya adalah kanker payudara pada tahun 2005 silam, lalu kemudian memutuskan untuk melakukan operasi pengangkatan payudara. Pada saat itu saya pikir kami telah melakukan tindakan yang tepat, bahwa kanker telah dibuang bersamaan dengan diangkatnya payudara kiri mama. Namun, ternyata tidak, tahun 2008 mama sering mengeluh nyeri punggung. Awalnya kami pikir itu hanya kecapekan biasa, apalagi mama adalah orang yang sangat aktif dan sering berpergian jauh, namun semakin hari keluhan itu semakin sering dirasakan dan semakin mengganggu. Kala itu saya sedang menjalani koass tahun pertama, sempat terpikir dalam benak saya, jangan-jangan kanker mama sudah menyebar (dua penyebaran jauh kanker payudara adalah di paru dan tulang belakang), tapi setiap kali pikiran itu muncul, langsung saya tepis dan buang jauh-jauh, ditambah lagi hasil pemeriksaan foto tulang belakang mama masih baik dan tidak ada kelainan apa pun. 

Tapi dari hari ke hari keluhan mama semakin parah, setelah diperiksakan ke dokter onkologis (bedah kanker), ternyata dugaan saya selama ini benar, kanker mama telah menyebar jauh ke tulang belakanng. Sejak itu, mulailah hari-hari pengobatan kemoterapi di RS. Tiga seri kemoterapi (masing-masing seri terdiri dari 8 kali kemoterapi) mama jalani. Rambut rontok dari kepala,alis hingga rambut-rambut di tempat tersembunyi, muntah dan mual setiap kali mencium bau makanan. Tapi mama begitu tegar menjalani itu semua. Selalu senyum, tertawa, bahkan pasca kemoterapi mama masih sanggup menyetir mobil sendiri (yak, persis dengan apa yang dilakukan oleh Kate di film ini).

Sama seperti Ellen juga, saya akhirnya memutuskan untuk pulang setelah kuliah saya selesai dan gelar dokter saya raih untuk menemani dan merawat mama (berbeda dengan kisah di film, papa saya sudah meninggal sejak saya masih SMA). sedangkan adik saya, lebih memilih untuk bekerja di Jakarta. Seperti Ellen saya melihat sendiri bagaimana perlahan-lahan kondisi mama mulai menurun akibat kanker yang dideritanya. Sedih rasanya ketika melihat orang yang saya sayangi yang biasanya terlihat aktif dan mandiri harus tergantung. Ini juga yang sering membuat mama merasa lemah semangatnya. Disinilah saya berusaha membangkitkan mama bahwa janji Allah adalah setiap penyakit pasti ada obatnya, bahwa bukan dokter yang menentukan berapa lama umur manusia tapi hanya Allah :).

Ada satu dialog antara Ellen dan ibunya yang membuat saya tersentuh karena mengingatkan saya dengan mama, saat itu Kate berkata kepada Ellen, "Ibu sedih karena takut tidak bisa melihatmu menikah dan membantumu mempersiapkan pernikahanmu. Impian setiap ibu adalah melihat anak gadisnya menikah."

Ya, itu juga yang menjadi keinginan mama melihat saya menikah, namun sayang saya belum dapat mewujudkan keinginan mama tersebut karena Allah telah lebih dulu memanggil mama. Tapi saya yakin, nanti ketika saya menikah dengan orang yang tepat, mama dan papa pasti tetap bisa melihatnya dari atas sana :).

I miss you, papa&mama. always :)

ps: love your parents.show your love,you'll never know what will happen tomorrow :)




 
design by Grumpy Cow Graphics | Distributed by Deluxe Templates