Juli 15, 2012

Cita-citaku



Cita-Citaku


Masih ingat dengan lagu ini..

"Susan,Susan besok gede mau jadi apa?Mau jadi dokter..

Jangan tanya kelanjutannya, saya lupa :D. tapi disini intinya adalah setiap anak kecil ketika ditanya apa cita-citanya pasti sebagian besar akan menjawab dokter. Ya kaaan? Ya gaaa? termasuk saya dan juga teman-teman lainnya di #ngeblogramerame (ssst, dari hasil intipan saya ke blog lain ;P).

Semasa kecil, setiap ditanya cita-cita saya dengan yakin akan menjawab dokter. bagi saya dokter adalah profesi yang menarik,apalagi dokter langganan saya sejak masih bayi, dr Herfianto begitu baik. setiap kali saya datang berobat, pasti pulangnya saya akan membawa cenderamata dari beliau, kadang berupa pulpen, sabun berbentuk binatang, ataupun sekedar notes :). 
Tapi cita-cita saya ini sempat berubah haluan ketika saya masuk sekolah dasar. kebetulan saat itu, olahraga Indonesia sedang jaya-jayanya dimana pada olimpiade Barcelona, Alan dan Susi berhasil meraih medali emas pertama untuk Indonesia. Prestasi luar biasa pasangan olimpiade itu membuat saya bercita-cita menjadi seorang atlet terutama atlet bulutangkis. Setiap sore saya sibuk berlatih bulutangkis (tanding antar teman sih ;p). Harapan ini pupus, ketika papa mengatakan untuk jadi atlet bulu tangkis tidak cukup dengan hanya berlatih setiap sore, harus berlatih serius, masuk klub atau semacamnya.

Saya pun berganti cita-cita menjadi seorang Grand Master Internasional seperti Utut Adianto. Kebetulan di sekolah, saya mengikuti ekstra kulikuler catur.Setiap Jumat saya berlatih dengan tekun. Bahkan saya pernah meraih juara kedua lomba catur SD se-kota Pontianak. Namun, lagi-lagi sayangnya ketika kelas 6 SD saya tidak melanjutkan latihan saya karena harus fokus menghadapi ujian kelulusan.

Ketika SMP, saya ingin sekali menjadi seorang duta besar  karena ingin keliling dunia gratis ;p (waktu itu, saya belum mengerti bahwa duta besar itu ditunjuk langsung oleh presiden, beda dengan diplomat yang merupakan jabatan karir)

Cita-cita saya terus berganti, hingga saat SMA saya begitu yakin akan memilih jurusan teknik kimia karena saya menyukai pelajaran kimia yang meskipun rumit tapi sangat menantang.Rasanya ada kelegaan luar biasa, apabila saya berhasil memecahkan rumus kimia yang membuat kepala puyeng :P Hal ini juga didukung dengan nilai-nilai pelajaran kimia saya yang cukup bagus. Namun ada satu peristiwa yang membuat saya akhirnya memilih profesi saya sekarang, seorang dokter.

Pada tahun 2000, tepat ketika saya masuk SMA, kesehatan papa menurun. Berdasarkan diagnosis dokter yang merawat papa kala itu, papa dinyatakan menderita kanker kelenjar getah bening dan harus menjalani kemoterapi. Saya meilhat sendiri bagaimana papa menjalani kemo demi kemo, melawan rasa mual yang diakibatkan obat-obatan kemo. Papa sempat membaik. Selama setahun, papa kembali sehat dan bisa menjalankan aktivitas layaknya orang normal. Tapi setahun kemudian kondisi papa kembali memburuk. Papa sempat dirawat sebulan di RSPAD Gatot Soebroto. Disini, dokter berpendapat berbeda, papa bukan menderita kelenjar getah bening, namun ada gangguan di ginjal. Saat itu saya merasa lemah, tidak bisa berbuat apa-apa untuk orang yang sayangi. Itulah yang memicu saya untuk kembali ke cita-cita sewaktu kecil dulu ditambah lagi, papa sangat ingin saya menjadi dokter. Saya hanya ingin membahagiakan papa. Saya masih ingat hari itu, hari dimana saya mengutarakan keinginan saya untuk menjadi dokter di depan papa. Beliau tampak bahagia. Hingga saat ini saya masih ingat raut wajah bahagia papa. Dengan semangat beliau bercerita, telah menyiapkan tabungan untuk pendidikan saya. Papa juga bercerita, beliau telah mengumpulkan berbagai macam informasi fakultas kedokteran baik negeri maupun swasta sebagai bahan referensi untuk saya nanti. Sayang, papa tidak sempat melihat saya menjadi seorang dokter. Tapi saya yakin, dari sana papa akan tersenyum bahagia, saat saya berhasil mewujudkan keinganan papa untuk menjadi dokter :)





Dan, inilah saya sekarang. saya mencintai profesi dengan segala suka dukanya. kadang mendapat senyuman ramah dari pasien, kadang dimarah-marah keluarga pasien. tapi itulah namanya hidup, kadang manis kadang pahit :)
Mimpi saya masih banyak, saya ingin berbuat lebih banyak lagi. Semoga perlahan tapi pasti saya dapat mewujudkan satu persatu mimpi-mimpi saya :)

0 komentar:

Posting Komentar

 
design by Grumpy Cow Graphics | Distributed by Deluxe Templates