Desember 16, 2012

Kaleidoskop 2012, A Sweet Hello Came After a hard goodbye


Tidak terasa, sekarang sudah memasuki pertengahan Desember, yang artinya sebentar lagi tahun 2012 akan berakhir, berganti menjadi 2013. Biasanya menjelang tahun baru saya akan membuat resolusi, hal-hal apa saja yang ingin saya lakukan, perbaiki dan ubah di tahun depan agar saya dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi :). Tapiiiiiii, sebelum membuat resolusi, kali ini saya ingin menulis tentang kaleidoskop 2012, renungan perjalanan kehidupan saya selama setahun ini. 

Jujur saja, tahun 2012 bisa dikatakan bukanlah tahun yang mudah dalam kehidupan saya. Bila diibaratkan cuaca, pada tahun 2012 ini saya mengalami beberapa kali hujan badai yang sempat membuat saya merasa limbung, terpuruk, dan hampir jatuh. Disinilah saya menyadari bahwa masa depan itu misteri (meminjam kata favorit seorang teman :p). Manusia hanya bisa berencana, semua keputusan tetap ada pada Tuhan Yang Maha Kuasa :).

Awal Tahun
Tidak ada yang istimewa pada pergantian tahun 2012, saya menghabiskannya di IGD RSIA tempat saya bekerja. Seperti tahun sebelumnya, saya mendapat tugas jaga IGD di pergantian tahun itu. Yaaa, sebagai junior dan belum berkeluarga, tugas mulia menjaga IGD di malam pergantian tahun selalu jatuh ke saya :p. Saya sih tidak masalah, toh selama ini saya tidak pernah merayakan tahun baru secara istimewa, paling di rumah saja, nonton tv ataupun ngobrol dengan mama. Apalagi di RSIA biasanya sering diadakan acara, bakar ayam, bakar jagung, di halaman belakang RSIA, jadi sebenarnya jaga IGD di malam tahun baru itu gak ngenes2 amat kok. Malah, kalau beruntung saya bisa menyaksikan pesta kembang api dari lantai 5 RSIA bersama perawat-perawat dan paramedis yang juga kebetulan bertugas pada malam itu (asaaal gak ada pasien kejang aja seperti tahun sebelumnya )

Bulan-bulan awal tahun 2012 berjalan seperti biasa, saya bekerja di Puskesmas di pagi hari dan jaga IGD di sore atau malam harinya. Di akhir pekan atau saat ada waktu luang saya mengajak mama berjalan-jalan. Kondisi mama masih bisa dikatakan cukup baik untuk seorang penderita kanker stadium 4. Sekali dalam sebulan saya menemani mama kontrol dan menjalani kemoterapi di RS. Saya juga masih mengantar mama ke kantor, membantu mama mengerjakan pekerjaan kantor seperti mengetik atau membuat buletin. Meskipun mama sudah tidak menjabat lagi, tapi mama masih bersemangat untuk menyumbangkan ide dan pemikirannya. Mama bilang, "yang sakit itu badan mama, bukan otak mama. mama masih bisa kok mikir. " :)

Sedangkan percintaan? juga masih berjalan baik. Memang karena kesibukan masing-masing,kami hanya saling bertukar kabar di malam hari. Tapi di tahun ini, kami berencana untuk membawa hubungan jarak jauh empat tahun ini ke arah yang lebih serius. Beberapa pembicaraan sudah mengarah kesana. Setidaknya meskipun belum ada kapan rencana pastinya, kami sudah punya bayangan tentang itu. Apalagi di awal tahun ini, pasangan (sekarang mantan) sempat berkunjung cukup lama ke Pontianak.

Semuanya harusnya baik-baik saja....
Tapi, itulah tadi manusia hanya bisa berencana...

Menjelang Pertengahan Tahun

Mama ingin liburan ke tempat eyang di Ponorogo, tempat asal mama. Berulang kali mama mengutarakan keinginannya untuk pergi ke sana. Rencananya adalah selama saya menjalani masa 3 minggu prajabatan, mama akan saya antar ke Ponorogo,lalu seusai prajabatan akan saya jemput lagi. Jadi, saya mengikuti prajabatan sedikit lebih awal daripada yang dijadwalkan (saya nebeng prajabatan dengan peserta provinsi, saya sendiri adalah pegawai Pemkot Pontianak...hihihihi). 

Dari lubuk hati terdalam, saya malas sekali mengikuti prajabatan ini. Bayangkan tinggal di asrama, terkungkung dari dunia luar, gak bisa ngapa-ngapain, lalu mengikuti materi-materi tentang bagaimana idealnya seorang PNS seharian. Suram, gelap, dan pasti membosankan.

Seminggu pertama, mengikuti prajab, saya bosan setengah mati, ditambah lagi mama ternyata tidak betah di Ponorogo dan ingin secepatnya pulang. Sementara tidak semudah itu bagi saya untuk meninggalkan prajab lalu menjemput mama. Si adik juga sedang sibuk-sibuknya dengan pekerjaannya. 

Tidak lama mama masuk RS untuk pertama kalinya, diare yang menjadi penyebabnya.Kondisi saya sendiri masih tidak bisa keluar dari prajab karena konsekuensi saya bila keluar itu artinya mengulang prajab di masa yang lain. Dilema..
Di saat itulah, di saat saya bosan, bimbang, dan ingin segera keluar dari prajab, saya bertemu tanpa rencana dengan seorang teman (baca postingan saya terdahulu tentang "Tidak Ada yang Namanya Kebetulan"), yang membuat prajab saya sedikit berwarna :P

Pertengahan Tahun

Kondisi mama semakin memburuk, berulang kali mama masuk keluar RS. Hampir setiap bulan saya dan adik bergantian mengunjungi mama di Ponorogo.Sedih sekali melihat mama kondisi mama yang semakin lemah. Pada akhirnya Tuhan lebih sayang mama, mama dipanggil pada tanggal 28 Juli 2012.

Itulah masa - masa paling gelap dalam hidup saya. Ketika pertama kali mendengar berita itu melalui telpon, saya bahkan tidak sanggup untuk menangis. Saya harus berterima kasih kepada dia yang secara kebetulan ada di rumah, menemani saya hingga tante dan om datang ke rumah untuk mengantar saya ke bandara, mengejar pesawat ke Jogja.

Pada saat yang sama,hubungan saya dan pasangan (mantan) juga berantakan. Tidak tahu apa yang salah. Apakah jarak membuat kami lelah? atau hanya kami yang gampang menyerah? Kami yang tidak bisa saling mengalah, sama-sama mencintai pekerjaan dan kehidupan yang kami jalani. Entahlah, yang pasti seminggu setelah mama meninggal, saya dan pasangan juga berpisah.

Gelap.
Suram.
Masihkah ada pelangi?
Saya terus bertanya dalam hati

Saya tidak tahu.
Saya hanya merasa sepi luar biasa. Membuat saya kangen setengah mati dengan mama. Ada kalanya, malam-malam saya tidur sambil memeluk daster terakhir yang mama pakai sebelum berangkat ke Ponorogo, sambil berharap bisa merasakan kehadiran mama. Twitter saya isinya galau melulu. Orang lain melihat saya tersenyum, iya dari luar saya terlihat baik-baik saja, mengurus segala urusan yang berkaitan dengan mama, padahal di dalam hati saya tidak sebaik yang dilihat. :). Daaan sekali lagi saya harus berterima kasih kepada dia, yang menemani saya di masa-masa itu, meminjamkan bahu untuk bersandar, mendengarkan cerita saya, menghapus air mata saya dengan caranya (errr, kadang omongannya membuat kuping saya panas, tapi bagusnya gara-gara omongannya malah membuat saya bersemangat), dan selalu yakin bahwa saya pasti kuat melewati ini semua.

Bukankan Tuhan tidak akan memberi ujian di luar batas kemampuan makhluk-Nya? Jika saya diberi ujian seperti ini berarti saya dianggap mampu kan? :)

Tuhan memang Maha Baik, saya tidak dibiarkan sendiri, teman-teman baru datang menemani, selain keluarga dan juga sahabat :).

Hidup harus terus berjalan, sepahit dan semanis apapun yang sudah terjadi itulah hidup. Ada saatnya kita harus mengucapkan selamat tinggal pada orang-orang yang yang kita sayang, mereka yang sangat berarti. Ya, kita harus belajar merelakan.

Saya belajar, pertemuan, perpisahan itu bagian dari hidup. Saat yang lain mengucap selamat tinggal, akan ada yang lainnya lagi mengucap halo. :)

Jadi, selamat tinggal 2012. selamat datang 2013. semoga tahun depan akan lebih banyak senyum dan cerita bahagia. amin :)



0 komentar:

Posting Komentar

 
design by Grumpy Cow Graphics | Distributed by Deluxe Templates