September 16, 2012

Surat Untuk Kekasih Masa Depan









Surat in aku tulis untuk kamu, -siapapun kamu-, jodoh yang telah disiapkan oleh Tuhan untukku di masa depan, aku memang belum tahu kapan nantinya kita akan dipertemukan setelah sekian lama saling mencari satu sama lain. Hmm, apakah sebenarnya kita telah saling bertemu? Apakah kita sudah pernah saling menyapa dan bertukar kata? Mungkinkah sebenarnya keberadaan kamu dan aku begitu dekat, namun identitas kita sebagai pasangan untuk satu sama lain masih disembunyikan oleh Tuhan Sang Maha Pengatur Kehidupan? Mungkin saja, kita toh tak pernah tahu :).

Sayangku, -boleh aku memanggil begitu? :)
Seandainya, kelak kita telah bersama sebagai pasangan tentunya, kumohon jangan pernah merasa rendah diri apalagi merasa tidak berarti apabila pendapatanmu lebih kecil daripada pendapatanku. Hormat dan sayangku kepadamu tidak akan berkurang hanya karena pendapatanmu tidak sebesar pendapatanku. Kamu tetaplah imam bagiku yang akan kuhormati dan kusayangi sepenuh hati. Kewajiban mencari nafkah tetap merupakan tanggung jawab kepala keluarga, jadi asal kamu bekerja keras dan berusaha tanpa kenal lelah, itu sudah cukup bagiku. Rezeki itu sudah diatur oleh Tuhan dan aku yakin semua orang sudah mempunyai bagiannya masing-masing, dan tidak akan pernah tertukar :). 

Sayangku,
Bila nanti kita bersama, kumohon jangan pernah merasa kesepian dan ditinggalkan ketika aku tidak ada di sampingmu. Mungkin ada malam-malam dimana aku tidak bisa menemanimu karena harus menunaikan tugasku sebagai seorang dokter atau  dering telepon tengah malam dari rumah sakit mengabarkan tentang pasien gawat yang segera memerlukan pertolongan yang mengganggu istirahat kita di tengah malam. Maafkan bila itu semua mengganggumu, tapi untuk kamu tahu aku akan merindukanmu setengah mati di saat-saat aku terpaksa tidak bisa menemanimu dan pengertianmu akan profesiku akan membuatku semakin menyanyangiku.

Sayangku,
Sebagai dokter, aku tidak selalu mengalami hari-hari yang menyenangkan, bahkan lebih seringnya aku melewati hari-hari berat. Menghadapi pasien yang cerewet dan penuh tuntutan (walaupun tidak semuanya dan hanya sebagian kecil saja), mengabarkan berita duka pada keluarga pasien, dan tuntutan pekerjaan yang kadang membuat dadaku terasa sesak. Di saat-saat seperti itu, kamu hanya perlu memelukku tanpa kata-kata. Itu cukup, setidaknya aku tahu bahwa setelah melewati hari yang berat, aku masih punya rumah tempat pulang yang mampu memberikan kehangatan dan kedamaian :).

Sayangku,
Terakhir, kumohon jangan pernah memintaku untuk memilih antara kamu atau pekerjaanku karena keduanya sama-sama aku cintai. Kamu adalah bagian terpenting dari kehidupanku. Begitupun dengan pekerjaanku. Menjadi dokter bukan hanya tentang kebanggaan memakai jas putih dan stetoskop yang dikalungkan di leher. Bagiku menjadi dokter adalah juga menunaikan janji dan amanah kepada kedua almarhum orangtuaku.   Dari dulu papaku sangat ingin melihat putrinya menjadi seorang dokter. Beliau bekerja keras, menabung setiap rupiah penghasilan yang diperolehnya agar bisa menyekolahkanku di kedokteran. Masih lekat di ingatan, bagaimana berserinya wajah beliau ketika mendengar aku yang sebelumnya menolak masuk FK, akhirnya mau menjadi dokter. Namun, sayang papa sendiri belum sempat melihatku ketika akhirnya aku berhasil disumpah menjadi seorang dokter. Begitupun dengan mamaku, yang setelah papa meninggalkan kami (aku dan adikku) mengambil tanggung jawab menjadi kepala keluarga, yang juga bekerja siang dan malam berusaha memenuhi kebutuhanku yang tidak bisa dikatakan murah sebagai mahasiswa kedokteran, bahkan dalam kondisi kanker yang tumbuh perlahan demi perlahan di tubuhnya. Untuk merekalah, aku berusaha keras, aku tidak ingin mengecewakan mereka, aku ingin di atas sana mereka bisa tersenyum bahagia karena perjuangan mereka tidak sia-sia. Aku ingin menjadi dokter yang baik seperti doa yang selalu mama lantunkan setiap malam, menjadi dokter yang ramah, yang disayangi pasiennya, yang dengan pekerjaan ini menjadi ladang amal bagiku. Untuk itulah aku mohon jangan pernah memmbuatku memilih antara kamu atupun pekerjaanku. Aku tidak bisa karena keduanya begit berarti.

Sayangku, sekian dulu surat dariku. Maafkan bila kedengarannya aku terlalu banyak meminta :).
Dan, semoga kita segera dipertemukan :)



0 komentar:

Posting Komentar

 
design by Grumpy Cow Graphics | Distributed by Deluxe Templates