September 06, 2012

One True Thing, Sebuah Review


Setelah sekian lama, akhirnya saya kembali menulis lagi. Salahkan kue lapis yang membuat saya lebih ingin mengunyah, salahkan koneksi internet yang membuat gerah, salahkan juga pulsa internet yang ternyata habis, yang penting jangan salahkan saya yang malas ini :D.

Baiklah, kali ini saya ingin membuat review film yang sangat menarik menurut saya. Rencana membuat review film ini sudah ada di benak saya berminggu-minggu yang lalu sejak pertama kali saya menonton film ini di HBO pada hari kedua lebaran, tapi apa daya karena keterbatasan pulsa dan alasan-alasan yang saya sebutkan di atas keinginan saya untuk menulis baru tersalurkan hari ini.






Film ini merupakan adaptasi dari novel yang ditulis oleh Anna Quindlen, disutradarai oleh Carl Franklin dan dibintangi oleh bintang-bintang dengan kemampuan akting yang tidak perlu diragukan lagi kualitasnya. Merryl Streep, Renee Zellweger, William Hurt, dan Tom Everett Scott. Bercerita tentang sebuah keluarga yang harus menghadapi kenyataan ketika sang ibu didiagnosis kanker.
Renee Zellweger disini berperan sebagai Ellen putri tertua keluarga ini, yang bekerja di New York Magazine, sangat mengagumi sang ayah, seorang dosen dan penulis novel. Merryl Streep berperan sebagai Kate, seorang ibu rumah tangga tulen yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk keluarganya, dan si bungsu Bill yang masih berkuliah di Harvard.

Konflik bermula ketika sang ibu didiagnosis menderita kanker dan harus menjalani pengobatan, sang ayah meminta Kate untuk pulang ke kampung halamannya, meninggalkan pekerjaan dan pacar yang ia sayangi  di New York untuk merawat sang ibu yang sakit. Kate awalnya berkeberatan, apalagi selama di rumah ia harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, seperti memasak, membereskan rumah, dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial yang diikuti oleh ibunya. Hal-hal yang sangat tidak ia sukai karena menurutnya ia seperti menjadi duplikat ibunya (selama ini ia menganggap kehidupan yang dijalani ibunya sebagai ibu rumah tangga adalah kehidupan yang membosankan). 

Selama berada di rumah dan merawat ibunya inilah Kate dapat melihat sisi lain dari kedua orang tuanya dan bagaimana kehidupan pernikahan kedua orang tuanya berjalan. Bahwa ternyata sang ayah tidak seideal  dan sesempurna yang ia bayangkan (kenyataan bahwa ayahnya memiliki affair dengan mahasiswinya dan memiliki kebiasaan minum-minum di klub malam sempat membuat Ellen terpukul), sang ibu yang begitu menyayangi dan menerima sang ayah apa adanya (ibunya telah mengetahui affair dan kebiasaan sang ayah namun tetap mencintainya tanpa syarat). Semakin hari, hubungan antara Ellen dan ibunya semakin membaik. Di akhir hayat sang ibu, Ellen mengatakan bahwa ia sangat menyanyangi ibunya, dan ibunya berkata ia tahu, ia selalu tahu bahwa Ellen menyanyanginya, begitupun ia selalu menyayangi Ellen (huaaa, adegan ini sukses membuat air mata saya tumpah ruah)

Film ini berkisah dari sudut pandang Ellen, ya Ellen menjalani semacam interogasi berkaitan dengan kematian ibunya pasca dilakukan otopsi, diduga akibat overdosis morfin (obat penghilang rasa nyeri yang diberikan pada pasien kanker stadium lanjut untuk mengurangi rasa nyeri akibat kanker).

sedikit catatan dari saya:
Film ini sukses membuat mata saya bengkak, air mata tumpah ruah tak terkendali. Saya merasa ada ikatan emosi dengan cerita dalam film ini. Ceritanya begitu mirip dengan apa yang saya alami, walaupun tidak seratus persen sama. Mama saya telah berjuang selama kurang lebih tujuh tahun untuk melawan kanker payudara yang dideritanya. Sejak pertama kali, didiagnosis dokter bahwa benjolan kecil yang tumbuh di payudara kirinya adalah kanker payudara pada tahun 2005 silam, lalu kemudian memutuskan untuk melakukan operasi pengangkatan payudara. Pada saat itu saya pikir kami telah melakukan tindakan yang tepat, bahwa kanker telah dibuang bersamaan dengan diangkatnya payudara kiri mama. Namun, ternyata tidak, tahun 2008 mama sering mengeluh nyeri punggung. Awalnya kami pikir itu hanya kecapekan biasa, apalagi mama adalah orang yang sangat aktif dan sering berpergian jauh, namun semakin hari keluhan itu semakin sering dirasakan dan semakin mengganggu. Kala itu saya sedang menjalani koass tahun pertama, sempat terpikir dalam benak saya, jangan-jangan kanker mama sudah menyebar (dua penyebaran jauh kanker payudara adalah di paru dan tulang belakang), tapi setiap kali pikiran itu muncul, langsung saya tepis dan buang jauh-jauh, ditambah lagi hasil pemeriksaan foto tulang belakang mama masih baik dan tidak ada kelainan apa pun. 

Tapi dari hari ke hari keluhan mama semakin parah, setelah diperiksakan ke dokter onkologis (bedah kanker), ternyata dugaan saya selama ini benar, kanker mama telah menyebar jauh ke tulang belakanng. Sejak itu, mulailah hari-hari pengobatan kemoterapi di RS. Tiga seri kemoterapi (masing-masing seri terdiri dari 8 kali kemoterapi) mama jalani. Rambut rontok dari kepala,alis hingga rambut-rambut di tempat tersembunyi, muntah dan mual setiap kali mencium bau makanan. Tapi mama begitu tegar menjalani itu semua. Selalu senyum, tertawa, bahkan pasca kemoterapi mama masih sanggup menyetir mobil sendiri (yak, persis dengan apa yang dilakukan oleh Kate di film ini).

Sama seperti Ellen juga, saya akhirnya memutuskan untuk pulang setelah kuliah saya selesai dan gelar dokter saya raih untuk menemani dan merawat mama (berbeda dengan kisah di film, papa saya sudah meninggal sejak saya masih SMA). sedangkan adik saya, lebih memilih untuk bekerja di Jakarta. Seperti Ellen saya melihat sendiri bagaimana perlahan-lahan kondisi mama mulai menurun akibat kanker yang dideritanya. Sedih rasanya ketika melihat orang yang saya sayangi yang biasanya terlihat aktif dan mandiri harus tergantung. Ini juga yang sering membuat mama merasa lemah semangatnya. Disinilah saya berusaha membangkitkan mama bahwa janji Allah adalah setiap penyakit pasti ada obatnya, bahwa bukan dokter yang menentukan berapa lama umur manusia tapi hanya Allah :).

Ada satu dialog antara Ellen dan ibunya yang membuat saya tersentuh karena mengingatkan saya dengan mama, saat itu Kate berkata kepada Ellen, "Ibu sedih karena takut tidak bisa melihatmu menikah dan membantumu mempersiapkan pernikahanmu. Impian setiap ibu adalah melihat anak gadisnya menikah."

Ya, itu juga yang menjadi keinginan mama melihat saya menikah, namun sayang saya belum dapat mewujudkan keinginan mama tersebut karena Allah telah lebih dulu memanggil mama. Tapi saya yakin, nanti ketika saya menikah dengan orang yang tepat, mama dan papa pasti tetap bisa melihatnya dari atas sana :).

I miss you, papa&mama. always :)

ps: love your parents.show your love,you'll never know what will happen tomorrow :)




4 komentar:

Bening mengatakan...

Tks a lots
Smg papah mama husnul khatimah....di surga😇

Bening mengatakan...

Tks a lots
Smg papah mama husnul khatimah....di surga😇

Unknown mengatakan...

Semoga sgr dpt jodoh yg baek...

Unknown mengatakan...

Smg sgr dpt jodoh yang baek...

Posting Komentar

 
design by Grumpy Cow Graphics | Distributed by Deluxe Templates