Oktober 14, 2012

Cerita Tentang Ulang Tahun




Setelah sekian lama berhibernasi, akhirnyaaa #ngeblogramerame kembali lagi. Kali ini temanya adalah tentang ulang tahun. Bercerita tentang ulang tahun, selalu membuat saya tersenyum karena begitu banyak kenangan manis yang saya miliki. Dalam keluarga kami, ada semacam tradisi pada saat salah satu anggota keluarga berulangtahun. Tidak setiap ulang tahun harus dirayakan dengan pesta mewah dan mengundang banyak kenalan, tetapi yang pasti tidak terlewat adalah nasi kuning lengkap dengan segala lauk pauknya mulai dari ayam goreng, abon, telur dadar yang diiris tipis-tipis, kacang, dan timun (laaah malah bikin lapar :p) dan kue ulang tahun. Jangan salah semua itu adalah hasil karya mama saya tercinta, bukan buatan catering ataupun toko roti :).

Biasanya, sehari sebelumnya mama sudah berbelanja segala keperluan untuk membuat nasi kuning dan kue ulang tahun. Kemudian malamnya, mama akan mulai menyiapkan dan membuat kue, untuk kue ini pun mama tidak tanggung-tanggung, dihias rapi dengan tema berbeda-beda setiap tahunnya sesuai dengan permintaan saya. Tema kue ulang tahun yang saya minta biasanya tidak jauh dari putri-putrian seperti barbie, istana, kadang juga boneka. Mama mengerjakan kue ulang tahun ini kadang hingga larut malam agar besok paginya, saat saya terbangun, kue telah siap. Di pagi harinya  sudah terhidang nasi kuning lengkap dan kue ulang tahun di meja makan. Papa memimpin doa, mengucapkan selamat ulang tahun kepada saya, lalu kami menyantap masakan yang disiapkan mama. Sederhana tapi berkesan :).

Setiap tahun selalu begitu, tapi kadang ada waktunya ulang tahun saya dipestakan dengan mengundang teman, saudara, dan tetangga serta handai taulan. Seingat saya, ada sekitar 4-5 kali ulang tahun saya dipestakan, saat saya umur 5 tahun, 12 tahun (saat kelas 6SD sekaligus juga pesta perpisahan sebelum melanjutkan ke bangku SMP) dan 15 tahun (ini saat kelas 3 SMP, perpisahan sebelum masuk SMA).

Namun, jika ditanya kapan ulang tahun yang paling berkesan dan meninggalkan kenangan mendalam. Saya akan menjawab ulang tahun ke -17. Seperti anak ABG  di Indonesia pada umumnya, usia 17 itu adalah usia sakral. Di usia itu saya bukanlah anak-anak lagi dan sudah memiliki beberapa hak-hak istimewa sebagai warga negara, seperti diperbolehkan untuk membuat SIM, punya KTP, dan mengikuti PEMILU. Bagi kebanyakan remaja, transisi ini dirayakan dengan menyelenggarakan pesta ulang tahun. Begitupun saya saat itu, apalagi saya sudah menerima beberapa undangan ulang tahun sweet seventeen teman-teman sekolah. Tentu saja saya ingin pesta ulang tahun saya tidak hanya berkesan bagi saya tetapi juga bagi teman-teman yang saya undang. Sebulan sebelum hari H, saya telah sibuk memesan tempat, sebuah kafe di jalan Gajahmada (kalau sekarang sih kafenya sudah tutup ;p), tidak lupa juga memesan menu makanan, membuat daftar undangan termasuk gebetan :p, juga menyiapkan para pendukung acara.

Harusnya itu akan menjadi pesta yang meriah.

Tapi ternyata, Tuhan berkendak lain, 19 April 2002, kurang lebih dua minggu sebelum hari ulang tahun, papa tersayang dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Kuasa untuk selamanya. Masih lekat di ingatan, dua hari sebelum papa meninggal, tepatnya pada malam minggu, saat kami jalan-jalan bersama, papa bertanya "Mau kado apa apa buat ulang tahun?" "Ri hanya mau papa sehat dan bisa menemani ri pas ulang tahun." jawab saya pada waktu itu. Itulah pembicaraan terakhir saya dengan papa...

Tidak ada pesta mewah, tidak ada acara luar biasa, bahkan juga tidak ada nasi kuning dan kue ulang tahun seperti biasanya. Di usia ke-17 saya kehilangan orang yang paling saya sayangi. Dan karena itu, saya juga harus belajar untuk menjadi dewasa dan kuat terutama bagi mama dan adik saya. Ya, kami semua merasa kehilangan. Saya, yang dulunya adalah anak papa yang manja, kemana-mana selalu diantar papa ataupun sopir kantor, tidak pernah naik kendaaraan umum, tidak bisa mengendarai motor (papa saya terlalu khawatir sehingga menjaga saya terlalu hati-hati seperti porselen :p), akhirnya harus belajar mandiri dan tidak banyak mengeluh.

Sepuluh tahun setelah peristiwa itu, berarti juga ada sepuluh ulang tahun yang saya lalui. Berbagai peristiwa baik pahit maupun manis silih bergati saya alami. Ketika akhirnya saya menjadi dokter seperti impian dan angan-angan papa, mendapat pekerjaan seperti keinginan saya, tapi di sisi lain, tahun ini tepatnya pada tanggal 28 Juli 2012, saya juga harus menghadapi peristiwa pahit saat mama tersayang dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

Itulah hidup, pahit dan manis. Sekarang yang bisa saya lakukan adalah bersyukur untuk setiap hari yang diberikan Tuhan untuk saya. Meyakini bahwa apapun yang terjadi pada saya itu karena Tuhan begitu sayang pada saya.

Dan saya pun selalu menganggap bahwa ulang tahun itu adalah hal yang istimewa karena itu artinya saya masih diberi kesempatan untuk berbuat hal-hal yang bermanfaat dan juga menunjukkan rasa sayang serta membahagiakan keluarga, sahabat, teman dan lingkungan sekitar saya :)




3 komentar:

Eri Khoirul Azzam mengatakan...

selalu salut sama orang yg bsa tabah n sabar saat orang yg kita sayangi telah pergi meninggalkan kita:)semangat mba..

tianyutamidewi mengatakan...

iya, salut, mba.. yg tabah dan tetap semangat. papah dan mamahmu pasti udah bahagia di alam sana :)

ryna mengatakan...

mba dokter...maaf saya baru tau kalo ibunya sudah gak ada :( turut berduka ya mba...sebenernya dari twit2 mba sempat bertanya2...tapi malah gak brani nanya...

tetep sabar dan semangat ya mba...

jadi pengingat juga buat kita2 yang masih ditemani mama papa u/ selalu menjaga mereka...yang paling penting, menjaga hati mereka dari sikap kita yang kadang masih suka seenaknya sendiri...

Posting Komentar

 
design by Grumpy Cow Graphics | Distributed by Deluxe Templates