Desember 17, 2008

Cinta Hingga Akhir Waktu

Cinta Hingga Akhir Waktu


“Iya, saat ini gue lagi dekat sama dia. Gue jatuh cinta sama dia bukan karena dia anak siapa atau apa latar belakang keluarganya. Gue jatuh cinta karena dia dan kepribadiannya.” Dengan wajah sumringah sang artis memberi keterangan pada para wartawan dengan didampingi sang pujaan hati yang selalu mengiakan apa yang diucapkan sambil terkadang menunjukkan kemesraan kepada publik entah itu saling berpelukan ( seperti teletubbies saja ;p ), saling bergenggaman tangan, atau bisa juga saling menatap mesra.

Sebuah pemandangan yang sering saya saksikan dalam acara infotainment di televisi saat para selebritis itu menunjukkan pada khalayak bahwa mereka sedang jatuh cinta dan menjalin kasih dengan seseorang. Namun, lihat saja apa yang terjadi beberapa bulan kemudian. Masih di tayangan infotainment yang sama, mereka kembali melemparkan komentar. Kali ini bukan pujian dan sanjungan setinggi langit, melainkan kata caci dan benci ( sedikit hiperbolis ya?;p). Tentang dia yang tidak pengertian, kurangnya waktu untuk bersama, komunikasi yang tidak berjalan lancar, keinginan untuk fokus ke karier daripada hubungan asmara.

Saya heran! Bagaimana cinta bisa datang dan pergi secepat itu? Sehingga membuat saya bertanya-tanya apakah cinta punya batas kadaluarsa? Karena sepertinya begitu gampang bagi mereka untuk mengucap cinta dan benci di saat yang hampir berdekatan. Ketika saya ajukan pertanyaan ini pada seorang teman, dia hanya menjawab “Ah, itu kan karena mereka selebritis” jawaban yang singkat, padat, tapi tidak memuaskan. Karena dalam kehidupan nyata, bukan di layar kaca, saya sering melihat pasangan yang telah bertahun-tahun bersama akhirnya bermasalah. Apakah waktu berperan dalam menyebabkan terjadinya perpisahan? Apakah seiring berjalannya waktu cinta juga dapat memudar dengan sendirinya? Saya pernah membaca di sebuah majalah berdasarkan penelitian bahwa seiring waktu cinta dalam kehidupan perkawinan dapat memudar yang tertinggal hanyalah hubungan layaknya persahabatan. Benarkah?

Ketika pertanyaan ini saya ajukan kepada mama saya tercinta, dengan bijak beliau menjawab “ Mengapa Riri bertanya seperti itu? Bukankah sebenarnya Riri sudah tahu jawabannya? Papa dan Mama sudah menikah 17 tahun lebih, sebelum akhirnya Allah mengambil Papa. Pernahkah selama ini Riri melihat Papa dan Mama bertengkar hebat?” Jawaban Mama seakan memberi pencerahan bagi saya . Papa dan Mama menikah lebih dari 17 tahun. Selama waktu pernikahan mereka hampir tidak pernah saya melihat mereka bertengkar hebat. Pertengkaran yang terjadi diantara mereka pun biasanya menyangkut hal-hal sepele. Tentang Papa yang sembarangan meletakkan baju kotor ( Papa begitu berantakan sementara Mama seorang yang sangat rapi ). Papa dan Mama seperti dua orang yang saling melengkapi, teman saling berbagi. Sewaktu Papa meninggal Mama seperti kehilangan separuh hatinya, sebelah sayapnya. Mama berhenti bernyanyi ( beliau mempunyai kebiasaan berkaraoke. Dulu setiap malam minggu, beliau selalu berkaraoke di rumah ditemani oleh Papa ), sejak Papa meninggal Mama sudah tidak pernah menyentuh lagi karaoke di rumah.

Kehidupan percintaan yang indah juga saya lihat pada Eyang Kakung saya, yang memilih membesarkan ketiga putrinya seorang diri sepeninggal Eyang Putri. Padahal waktu itu, usia Kakung masih 27 tahun, masih tampan, masih dikejar oleh gadis (heheheh). Contoh lain yang saya lihat baru –baru ini, adalah Bapak ( ayah dari pacar saya ). Serupa dengan Mama, semenjak Ibu meninggal lima tahun yang lalu, Bapak juga membesarkan anak-anaknya seorang diri, berperan sebagai ayah sekaligus ibu. Saya tahu ( meskipun belum lama mengenal beliau ) bahwa beliau sangat mencintai Ibu. Saya dapat melihat dari bagaimana Bapak bercerita tentang Ibu.

Ketiga contoh tadi meyakinkan saya bahwa tidak ada yang namanya kadaluarsa dalam cinta. Cinta sejati tetap bertahan, tak lekang dimakan waktu, tak usai karena sebuah perpisahan. Selama kenangan yang ada masih tersimpan, cinta selalu ada di hati.

Dan, seandainya saya boleh meminta,

Tolong cintai saya hingga akhir,

Tak lekang dimakan usia,

Tak pudar oleh waktu...



0 komentar:

Posting Komentar

 
design by Grumpy Cow Graphics | Distributed by Deluxe Templates