Desember 26, 2008

Stase Radiologi dan Sinar Matahari ( Curahan Hati seorang Koass Radiologi bagian 2 ;p)

Stase Radiologi dan Sinar Matahari

( Curahan Hati seorang Koass Radiologi bagian 2 ;p)

Saya merasa selama hampir seminggu ini menjalani stase Radiologi, hubungan dan komunikasi saya dengan dunia luar menjadi begitu terbatas. Bayangkan saja, pagi-pagi sekali saya sudah harus ada di RS lalu pulang di sore hari menjelang petang. Bukan itu saja, seharian berada di RS saya tidak kemana-kemana ( ke bangsal ataupun bertemu pasien seperti di bagian lain ) melainkan berada di dalam bagian Radiologi, tepatnya di ruangan kecil yang berukuran kira-kira 3x3 meter yang penuh dengan barang dan buku dimana tidak ada sinyal telepon seluler sama sekali bersama setumpuk foto hitam putih yang harus dibaca. Ada foto kepala, dada, perut, tangan dan kaki serta organ tubuh lain. Dalam arahan dan bimbingan dokter Spesialis Radiologi, saya dan ketiga teman yang lain mencoba membaca foto- foto yang ada. Gambaran apa yang terlihat dari sebuah foto dada, bagaimana dengan paru dan jantung, ada kelainan ataukah masih dalam batas normal. Kemudian bila ada foto yaang dianggap menarik kami akan mendiskusikan foto tersebut. Begitulah kegiatan saya setiap harinya, sesampainya di kost sudah hampir menjelang magrib.

Hingga saya sering merasa saya tidak pernah merasakan sinar matahari ( ditambah lagi saat ini Jogja sedang musim hujan sehingga langit sering berawan dan matahari sepertinya lebih senang bersembunyi ). “Eh, kita ini kayak vampire ya?” kata saya kepada ketiga teman saya ketika kami sedang makan siang di kantin. ( Kantin RS juga terletak dalam gedung RS ) “Kenapa?” tanya Tomi. “Iya, gak pernah kena sinar matahari sama sekali. Jangan-jangan nanti selesai Radiologi, kita jadi alergi gitu kalo kena sinar matahari, jadi gatal-gatal.” Saya menjawab pertanyaan Tomi. “Kamu ini loh Rong, khayalannya hebat banget siy. Kamu pikir kita ini bangsanya Edward Cullen ( tokoh Twilight. Udah nonton Twilight?) gitu? “ Fya mengomentari pemikiran saya lalu melanjutkan “Biasanya juga kamu takut item. Kalo naek motor pasti persiapannya lengkap, pake jaket, masker, dan sarung tangan supaya gak kena sinar matahari. Sekarang aja gaya pengen kena sinar matahari.” Mendengar jawaban Fya saya hanya tertawa karena memang benar apa yang dikatakan Fya J.

Ketika hal ini saya ceritakan pada pacar saya ( tentang bagaimana lelahnya saya selama seminggu ini )dengan bijaknya dia berkata “Kamu ini Yang, ngeluh aja. Katanya pengen cepet lulus, koassnya pengen cepat selesai. Ya semuanya harus dijalani. Emang bisa langsung tau-tau lulus kalo gak ngelewatin ini semua?” Hm, benar juga pikir saya. Semuanya ini merupakan sebuah proses yang harus dijalani untuk mencapai sebuah tujuan. Saya bukan Nobita yang punya Doraemon dengan kantong ajaib melalui mesin waktu bisa mengetahui masa depan ;p. Jadi, saya harus sabar melewati ini semua, termasuk berdiri sepanjang waktu, terkurung di kamar sempit tanpa sinyal ponsel ditemani foto-foto hitam putih dan berusaha untuk dapat membaca foto-foto yang ada dengan baik meskipun membaca foto itu tidaklah mudah ( yah, hampir seminggu ini saya masih sering bingung bila membaca foto ). Semua itu menjadi bekal saya di masa depan supaya bisa menjadi dokter yang baik dan bermanfaat bagi banyak orang. Amin J. Dan sekarang, saya kembali bersemangat lagi J.

0 komentar:

Posting Komentar

 
design by Grumpy Cow Graphics | Distributed by Deluxe Templates